Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bersyukurlah Menjadi Bagian dari Generasi "Sandwich"

5 Desember 2020   13:03 Diperbarui: 6 Desember 2020   06:44 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi generasi sandwich (Sumber : Shutterstock via Kompas.com)

Dalam budaya kita, sepertinya bukan hal yang aneh, bahwa sebagian besar anak yang tumbuh menjadi dewasa, akan masuk dalam jajaran generasi sandwich.

Setiap anak yang telah menjadi dewasa, lalu bekerja dan memiliki penghasilan sendiri umumnya akan menyisihkan sekian persen dari penghasilannya untuk berbagi kepada orangtua. Entah sebagai penopang hidup utama atau hanya sebagai wujud bakti kepada orangtua.

Selain berbagi pada orangtua, banyak pula yang memiliki kewajiban menghidupi sanak-saudara yang masih kekurangan. Hal yang dilakukan tersebut bisa karena inisiatif sendiri, tapi bisa pula karena permintaan orangtua atau saudara-saudara yang membutuhkan.

Saya sendiri menjadi saksi bagaimana kedua orangtua saya menjadi generasi sandwich pada "masa"nya, yang menopang banyak anggota keluarga.

Ketika saya kecil, banyak sekali saudara yang silih berganti tinggal di rumah. Umumnya mereka tinggal bersama kami dan disekolahkan oleh orangtua saya. Ada tante-tante, paman-paman, sepupu-sepupu, bahkan saudara jauh. Masa itu jamak ditemui keluarga yang seperti keluarga kami, menopang anggota keluarga lainnya.

Selain menopang saudara-saudara, orangtua juga tetap menopang kakek dan nenek baik dari ayah ataupun ibu, meskipun tidak secara rutin mengirimi mereka uang setiap bulan.

Padahal orangtua kami juga bukan orang kaya. Ayah hanya seorang guru pegawai negeri, ibu hanya ibu rumah tangga. Tetapi entah mengapa kami juga tidak pernah kekurangan, sekalipun juga tidak bermewah-mewah.

***

Menjadi generasi sandwich tentu bisa saja dilihat dari sisi negatif atau dari sisi positifnya.

Bila ingin melihat sisi negatifnya, tentu menjadi apapun bisa saja memiliki sisi negatif, bukan hanya menjadi generasi sandwich. Segala sesuatu bisa saja kita cari-cari sisi buruknya.

Hanya saja, itu tidak ada bedanya dengan mengeluh dan bersungut-sungut. Percayalah, hidup yang penuh dengan keluhan dan sungut-sungut sangat melelahkan. Lelah hati, pikiran dan jiwa. Bahkan bisa menimbulkan berbagai macam penyakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun