Padahal selain sebagai makhluk sosial, manusia juga merupakan individu yang membutuhkan ruang pribadi yang tidak tersentuh pihak luar.
Apalagi bila sudah berada dalam usia dewasa. Di usia dewasa tentunya setiap orang umumnya akan lebih mampu berpikir dan bertindak rasional. Lebih tahu mana yang baik dan tidak baik bagi dirinya.
Kecuali bila yang bersangkutan sendiri meminta petunjuk dan wejangan. Di titik itulah pihak luar boleh berkomentar.
Faktor lain yang merangsang seseorang mencampuri hal pribadi orang lain adalah adanya konformitas atau persesuaian. Ketika ia berada dalam lingkungan dengan pola pikir sejalan, maka aktivitas mengurusi dan menghakimi kehidupan personal individu lain seakan mendapat dukungan secara psikologis.
Tidak peduli orang lain yang dihakimi itu datang dari latar belakang apa, atau meyakini nilai-nilai apa. Selama tidak berpadanan dengan pendapat yang mereka anut, aksi mengurusi kehidupan privat seseorang dianggap sebagai hal yang normal.
Dalam keluarga besar saya sendiri, banyak kerabat yang telah ada dalam usia ideal untuk menikah namun belum menikah hingga kini. Ada yang mungkin belum bertemu jodohnya, ada yang duda karena ditinggal mati istrinya, ada pula yang tetap melajang hingga masa tuanya.
Akan tetapi, saya sepertinya tidak pernah tertarik untuk mengurusi kehidupan mereka. Biarlah itu menjadi milik pribadi mereka sendiri.
Kecuali saya diminta mencarikan jodoh buat mereka. Itu lain cerita. Ya kan?
Ngapain tanya-tanya? Kepo banget....