Mohon tunggu...
Ahmad Syugiyanto
Ahmad Syugiyanto Mohon Tunggu... Pendidik

Selami Laut Pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dari Sentralisasi ke Desentralisasi: Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia

4 Oktober 2025   10:10 Diperbarui: 4 Oktober 2025   10:10 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manajemen berbasis Sekolah : Dr. Lili Nurlaili, M. Ed. (05 Oktober 2025) 

Selama bertahun-tahun, sekolah-sekolah di Indonesia berada di bawah kendali penuh pemerintah pusat. Semua keputusan penting mulai dari kurikulum, keuangan, hingga pengelolaan sumber daya manusia lebih banyak ditentukan dari "atas". Hasilnya, banyak sekolah berjalan dengan pola seragam, seakan kehilangan ruh kemandirian.

Namun, seiring berkembangnya paradigma pendidikan modern, muncul gagasan baru: Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Konsep ini membawa angin segar dengan memberi ruang otonomi bagi sekolah untuk mengelola dirinya sendiri, sesuai kebutuhan dan karakteristik lingkungannya.

Apa Itu Manajemen Berbasis Sekolah?

Secara sederhana, MBS adalah model pengelolaan pendidikan yang memberikan kewenangan lebih besar kepada sekolah dalam mengambil keputusan penting. Mulai dari perencanaan program, pengelolaan anggaran, hingga strategi pembelajaran, sekolah diberi keleluasaan untuk menentukan langkahnya sendiri.

Kunci utama MBS ada pada tiga kata: otonomi, partisipasi, dan akuntabilitas.

Otonomi berarti sekolah tidak hanya menjadi pelaksana kebijakan, tetapi juga perancang strategi pendidikan.

Partisipasi menekankan pentingnya keterlibatan guru, siswa, orang tua, hingga masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.

Akuntabilitas memastikan semua keputusan sekolah transparan dan bisa dipertanggungjawabkan.

Mengapa Penting?

Indonesia adalah negara yang sangat beragam. Kondisi sekolah di perkotaan tentu berbeda dengan sekolah di pelosok desa atau daerah terpencil. Dengan model sentralisasi, sering kali kebijakan yang "seragam" tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

Di sinilah MBS hadir sebagai jawaban. Dengan memberi ruang bagi sekolah untuk menyesuaikan programnya, pendidikan bisa lebih relevan, efektif, dan bermakna bagi peserta didik.

Tantangan di Lapangan

Meski konsep MBS terdengar ideal, penerapannya tidak semudah membalik telapak tangan. Beberapa tantangan yang kerap muncul antara lain:

Kapasitas manajemen sekolah yang belum merata. Tidak semua kepala sekolah dan guru siap mengelola otonomi secara optimal.

Partisipasi masyarakat yang masih rendah. Di banyak daerah, keterlibatan orang tua dan komite sekolah masih sebatas formalitas.

Masalah transparansi anggaran. Otonomi tanpa pengawasan yang kuat berisiko menimbulkan praktik penyalahgunaan dana.

Jalan Menuju Sekolah Mandiri

Untuk mewujudkan MBS yang efektif, dibutuhkan upaya bersama. Pemerintah perlu memperkuat kapasitas kepala sekolah dan guru melalui pelatihan manajerial. Di sisi lain, orang tua dan masyarakat juga perlu diberdayakan agar benar-benar terlibat dalam memajukan sekolah.

Pada akhirnya, MBS bukan hanya soal "sekolah diberi kebebasan", melainkan juga bagaimana kebebasan itu dipertanggungjawabkan demi mutu pendidikan.

Oleh : Ahmad Syugiyanto, Riska Amelia, Weni Novitasari, Wirdaneti

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun