Mohon tunggu...
Sosbud

Media di Selandia Baru Sebut Umat Muslim "Membunuhi" Saudara Papua Mereka

24 Januari 2018   18:54 Diperbarui: 24 Januari 2018   19:26 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Misalnya, pada saat Idul Fitri, banyak orang Papua Kristen datang ke teman dan keluarga Muslim mereka untuk mengucapkan selamat Idul Fitri dan menikmati makanan khas Idul Fitri. Selama Natal, di sisi lain, hal serupa terjadi di mana orang-orang Muslim Papua berduyun-duyun ke tempat keluarga dan teman Kristen mereka untuk mengucapkan selamat Natal.

Memang benar bahwa Papua sekarang merupakan daerah yang lebih multikultural yang terdiri dari mayoritas penduduk asli Papua dan sisanya adalah etnis lain seperti orang Jawa, Tionghoa, Bugis, Minang, dan masih banyak lagi. Namun, hampir semua orang di sana mengerti bahwa hanya orang asli Papua yang dapat menjadi pemimpin lokal seperti walikota, gubernur, dan pemimpin militer yang ada di sana berdasarkan Peraturan Otonomi Khusus Papua.

Bagi orang asli Papua sendiri, mereka juga memahami bahwa tidak semua dari mereka adalah orang Kristen.

Ini adalah fakta bahwa penduduk asli Papua juga beragam dalam agama. Beberapa pemimpin lokal bahkan adalah orang asli Papua yang Muslim. Ada juga tokoh adat dan masyarakat asli Papua yang beragama Islam. Tahun lalu, mereka bahkan disambut oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla sebelum mereka berangkat ke Arab Saudi untuk melakukan ibadah haji.

Jadi, haruskah ada yang percaya apa media NZ telah menuduhi umat Muslim di Papua?

Standar ganda


Ketika mereka mengklaim bahwa mereka telah mewawancarai ratusan pemimpin lokal di Papua, jumlah tersebut terdengar hanya dibuat-buat. Sekalipun memang benar, sangat diduga bahwa mereka hanya menargetkan beberapa individu tertentu yang sama sekali tidak mewakili seluruh Papua. Terlebih lagi, dari laporan yang konon disusun oleh lembaga bernama Brisbane Catholic Justice and Peace Commission, terlihat bahwa metode yang digunakan tidak jelas, sumber daya yang tidak dapat dipercaya, dan kesimpulannya ambigu.

Hal ini seharusnya menjadi rasa malu yang serius bagi media-media di Selandia Baru, bahwa mereka memiliki standar ganda saat meliput hal-hal berkaitan intervensi urusan dalam negeri negara lain. Dalam kasus tuduhan genosida ini, mereka dengan cepat menyebarkan pesan dari laporan yang tidak dapat dipercaya tersebut tanpa meminta konfirmasi dari orang Indonesia, baik yang muslim maupun kristen. Di sisi lain, ketika menyangkut urusan dalam negerinya, mereka akan dengan cermat mempertanyakan validitas setiap sumber sebelum melaporkannya.

Akhirnya, apa yang bisa kita pahami tentang tuduhan tersebut adalah bisa jadi ada agenda politik yang kotor di latar belakang. Agenda ini bisa jadi bermuara pada dua hal. Pertama, untuk mendapatkan popularitas media mereka dalam kegiatan pemilu politik berikutnya. 

Dua, untuk menciptakan isu-isu yang berpotensi membuat Indonesia, khususnya Papua, secara politis tidak stabil sehingga beberapa perusahaan sponsor media-media ini, yang memiliki kepentingan di Papua dapat mengambil keuntungan dari situasi buruk yang diciptakan. (*)

Sumber berita: http://tellthetruthnz.com/nz-media-accuse-indonesian-muslims-of-genocide-ing-their-fellow-west-papuans/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun