Melihat reaksinya, saya nggak bisa nahan tawa. Mukanya itu seperti memelas sementara kalimatnya terus mendesak saya supaya cerita atas apa yang ia tanyakan.
Dengan alasan supaya dia bisa bantu jelaskan kalau ada yang bertanya, dia terus berusaha keras agar saya menjawab penasarannya itu.
Akhirnya saya jawab dengan senyum. Mencoba mengalihkan pembicaraan dengan membahas cerita lain.
"Kamu tuh kenapa sih mbak? Tumben nggak mau terbuka seperti biasa?" dia masih menyimpan penasarannya.
"Enggak kok... Aku nggak berubah. Cuman, sekarang mencoba menahan diri saja tidak bercerita ke banyak orang."
"Lho, cerita itu kan bisa meringankan beban?" Masih usaha dia hehe
"Betul. Aku tetap cerita tentang semua kejadian hidupku terutama kepada Mas Renjana dan beberapa orang sahabat yang kupercaya."
"Mmm... Berarti Mbak nggak percaya padaku?"
Saya tersenyum. "Aku percaya padamu... Selalu.... Hanya tidak ingin menambah beban dirimu atas cerita hidupku saja..."
Rada sulit memang kalau ada yang cerita, embel-embelnya bilang "Jangan bilang ke siapa-siapa tapi ya..."
Bisa jadi kita memang tidak cerita ke siapa pun. Disimpan sendiri.
Pada kenyataannya seringkali cerita itu malah beredar luas, entah siapa dari siapa. Bukan dari kita yang dipercaya untuk tidak bilang ke siapa-siapa itu.
Bagi saya sih, berusaha menyimpan cerita yang dipercaya itu untuk diri sendiri saja atau bahkan seringkali terlupa begitu saja. Kalau diingatkan baru ingat kembali.
Kalau kebalikannya?
Ya seperti yang saya lakukan pada cerita di atas.
Nggak perlu banyak orang tahu.
Kalau diperlukan baru saya cerita, kalau tidak ya tidak perlu seluruh dunia tahu kan...
Itulah salah satu cara saya menjaga diri.
#katanjar #anj2021