Mohon tunggu...
Benyaris A Pardosi
Benyaris A Pardosi Mohon Tunggu... profesional -

Pendatang di Negeri Orang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Partai Demokrat, Keangkuhan Titanic yang (Akan) Karam

25 Januari 2014   22:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:28 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1390664812309643048

[caption id="attachment_292042" align="aligncenter" width="318" caption="Ilustrasi: kompasiana.com"][/caption]

Serangan bertubi-tubi yang dialamatkan kepada SBY dan Demokrat dalam beberapa tahun terakhir menjadi sebuah momok yang menyiksa bagi SBY sendiri sebagai presiden yang masih aktif. Hal ini terlihat dari seringnya sang presiden mencurahkan isi hatinya ketika seharusnya ia menyampaikan pidato kepresidenan di depan publik. Ia sering terkesan teraniaya, tahun 2013 yang lalu menjadi klimaks betapa paniknya SBY menghadapi serangan-serangan yang ia terima.

Banyak opini yang berkembang serta ungkapan kekecewaan dari rakyat atas kepemimpinan SBY selama satu periode terakhir. Ia dinilai gagal mensejahterakan rakyat, meningkatkan mutu pendidikan, memberantas korupsi, ia bahkan dicap sebagai presiden yang lamban menangani persoalan tanah air. Seperti berkorelasi dengan itu, partai yang ia pimpin, Demokrat juga berada pada posisi yang menegangkan. Seperti akan tenggelam bagai kapal Titanic yang terbelah menjadi dua lalu berkeping-keping.

Perkasa selama dua periode sejak tahun 2004, Demokrat begitu digdaya atas lawan-lawannya dalam kancah politik Indonesia. Dua kali pemilihan presiden terlaksana, dua kali pula SBY menang memperebutkan istana negara.

Titanic menjadi sebuah simbol keperkasaan dan keangkuhan, ia seperti berteriak menantang badai, ia seperti sebuah raksasa yang mustahil tergoyahkan. Sejak tenggelam pada Senin pagi dini hari pukul 2.20 tanggal 15 April 1912 di perairan dekat pantai Newfoundland di laut Atlantik Utara, Titanic bukan lagi keperkasaan, tapi kemalangan. Kapal yang diidam-idamkan untuk ditumpangi itu karam di luar dugaan. Di tengah Samudra yang begitu dingin, malam itu terpecahlah ia menjadi dua, menewaskan ribuan penumpang yang sedang menikmati kehebatan Titanic.

Dihuni oleh manusia dengan berbagai latar belakang dan kelas ekonomi, cerita menarik juga tersaji di atas lautan saat itu. Perjuangan cinta, kepahlawanan, perselingkuhan, pengorbanan hingga sikap pengecut tertuang di dalam kisah Titanic yang akhirnya habis terapung-apung di tengah Samudera. Hingga akhirnya di atas sebuah lemari yang terapung, atau apa saja yang bisa menopang agar tidak terendam air es yang membekukan darah dan tulang-tulang. Sehela nafas sangat berarti untuk berjuang tetap hidup dengan harapan adanya keajaiban.

Demokrat kini seperti Titanic yang perlahan karam, terpecah dan membelah diterpa badai, satu persatu penghuninya berjatuhan ke dasar laut. Ada yang langsung tewas, itulah Nazaruddin, Angelina Sondakh yang langusng terjeblos ke penjara. Ada yang berusaha menyelamatkan diri namun akhirny tak bisa menolak takdir, itulah Andi Malarangeng yang terlihat sok suci namun tak bisa aib ditutupi.

Akhirnya ketimpangan oleh air yang memasuki sebagian sisi kapal membuat Titani berat sebelah, lalu terpaksa terpecah. Anas Urbaningrum dan para loyalis berada dalam satu sisi, SBY berada di sisi lain. PPI berdiri di tengah perjuangan Anas mengelabui KPK, ia mengaku siap digantung di Monas jika terbukti salah. Namun hanya trik untuk menguji Abraham Samad yang dikiranya begitu naif, dipikirnya KPK bodoh.

Pecahan yang lain adalah kubu SBY, berusaha menyelamatkan diri dengan sekoci-sekoci berupa kesebelasan peserta konvensi. Demokrat sedang diperjuangkan agar tetap berpartisipasi dalam pemilu mendatang. Walau seperti sudah sadar ajal sudah menanti, namun tidak salah mencoba bertahan hidup walau terbilang hampir mustahil. Keajaiban adalah hal yang paling dinanti.

KiniDemokrat hanya menunggu masanya untuk berakhir, setelah satu persatu kadernya diseret ke gedung KPK, calon penerus dinasti yang sedang dipersiapkan juga sedang dikeker-keker. Ibas beberapa kali diberitakan terlibat dalam kasus Hambalang meski hingga saat ini belum ada kejelasannya, sebab SBY seperti memiliki sikap berbeda. Kepada KPK ia mengatakan agar segera menetapkan status keterlibatan Anas, sedangkan untuk Ibas, ia tidak sedikitpun mengeluarkan pernyataan. Malah ia mencoba mencari juru selamat penolong melalui pengacara pribadi dan keluargnya. Palmer Situmorang dihunjuk sebagai penangkal badai berupa fitnah yang sangat ditakuti keluarga Cikeas.

Tidak ada yang bisa memastikan bagaimana nasib Demokrat dalam mengarungi Samudera luas politik negeri ini. Apakah akan tenggelam atau datangkah keajaiban. Perhimpinan Pergerakan Indonesia yang menjadi pecahan kedua, mungkinkah bisa paling tidak mengapung di atas air? atau sebelum jadi sudah juga karam bersama Demokrat. Kita nantikan saja, kalau mau menanti.. Salam...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun