"Pak RT! Pak RT!"Â
Terdengar suara orang memanggil di depan rumah. Pak RT yang sedang asik ngopi sambil ngemil ubi rebus pun menggerutu. Siapa coba yang ribut-ribut hari Sabtu pagi? Apa ia tak tahu ini jadwal ritual ngemil-ngopi favoritnya? Ingin rasanya Pak RT pura-pura masih tidur atau sedang tidak di rumah.
"Pak, coba tengok itu ada ribut apa di luar. Amanah lho pak," kata Bu RT tenang tanpa menoleh. Ia sedang asyik menjahit, memperbaiki sebuah baju berwarna putih dengan motif hijau.
"Iya bu, iya," kata Pak RT enggan. Sambil ngedumel Pak RT menaruh koran paginya, menyeruput sisa kopi, lalu bangun. Ia kancingkan kemejanya dan memperbaiki sarung, lalu berjalan ke pintu depan.
Di jalan depan rumah Pak RT ternyata sudah berkumpul sekitar setengah lusin warga. Semuanya mengobrol seru, sedikit takut dan khawatir. Asep, hansip lokal dengan yang terkenal tukang molor kini terjaga penuh, ialah yang dari tadi memanggil-manggil Pak RT.
Dari teras rumahnya Pak RT bertanya, "Kenapa Sep? Pagi-pagi udah bangunin gue aja lu!"
"Nganu Pak... itu, Pak Nasution dan Pak Siregar bertengkar pak. Ini tetangga jadi khawatir."
"Bertengkar bagaimana? Elu kan hansip, ya lerai dong! Pegimane sih!"
"Nganu pak... saya takut. Itu Pak Siregar besar begitu orangnye..." jawab Asep cengengesan.
"Ngana nganu mulu lu! Yaudah, yok ke sane. Gue kepret tuh berdua, ganggu orang ngopi aje!"
Maka rombongan kecil itu pun bergerak ke rumah Pak Nasution dan Siregar yang bersebelahan. Pak RT dengan muka sebal, Asep yang cengengesan, dan serombongan ibu-ibu gosip yang penasaran.