Gelombang sorak penonton kembali menggema di Sirkuit Internasional Mandalika, Lombok Tengah, pada 3–5 Oktober 2025. Ajang MotoGP seri Indonesia bukan sekadar tontonan olahraga dunia, melainkan simbol kebangkitan ekonomi daerah berbasis sport tourism. Di tengah upaya pemerintah mendorong pemerataan pembangunan pariwisata nasional, Mandalika menjadi contoh konkret bagaimana event global dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Dari Lintasan Balap ke Jalur Ekonomi Hijau
Sejak diresmikan pada 2021, kawasan The Mandalika yang dikelola Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) telah bertransformasi menjadi ikon destinasi berkelas dunia. MotoGP menjadi katalisator percepatan pembangunan infrastruktur, mulai dari bandara, jalan bypass, hingga fasilitas perhotelan. Data BPS Nusa Tenggara Barat (NTB) menunjukkan, kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB daerah melonjak dari 13,9% pada 2022 menjadi 17,3% pada 2024.
Kemenparekraf mencatat, ajang MotoGP Mandalika 2024 berhasil menarik lebih dari 102 ribu penonton dengan dampak ekonomi langsung mencapai Rp4,3 triliun. Tahun 2025, target naik menjadi 120 ribu pengunjung dengan proyeksi perputaran ekonomi di atas Rp5 triliun.
Namun, lebih dari sekadar angka, Mandalika menata narasi baru: pertumbuhan ekonomi yang selaras dengan keberlanjutan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal. Sejak 2023, ITDC bersama Bank Indonesia dan Kemenkop UKM telah menggulirkan program Go Green Mandalika serta Desa Wisata Berdaya untuk memastikan dampak ekonomi tidak berhenti pada momentum lomba.
Sport Tourism: Strategi Ekonomi Kreatif Daerah
Konsep sport tourism kini menjadi strategi penting dalam diversifikasi ekonomi nasional. Ajang olahraga seperti MotoGP tidak hanya memacu sektor pariwisata, tetapi juga menggerakkan industri kreatif — mulai dari desain, musik, hingga kuliner tradisional. Di Mandalika, geliat ekonomi mikro terasa nyata. Lebih dari 2.000 pelaku UMKM lokal dilibatkan dalam penyediaan produk suvenir, kain tenun Sasak, hingga makanan khas Lombok.
Kemenparekraf bahkan menargetkan Mandalika sebagai Sport Tourism Hub Asia Tenggara bersama Danau Toba, Labuan Bajo, dan Likupang. Strategi ini sejalan dengan arah pembangunan ekonomi hijau sebagaimana termuat dalam RPJPN 2025–2045.
“Sport tourism bukan hanya ajang kebanggaan, tapi instrumen ekonomi yang inklusif dan Setiap penonton yang datang membawa multiplier effect bagi masyarakat sekitar.”
Dampak Sosial dan Lingkungan yang Terukur