KPPN Surabaya I (2009--2011): Kota besar dengan dinamika tinggi. Biaya hidup meningkat, tuntutan kerja semakin kompleks, namun istri tetap menjadi penyeimbang yang menjaga harmoni rumah tangga.
KPPN Jambi (2011--2017): Enam tahun di Sumatera menjadi masa yang panjang. Di tanah Melayu ini, anak-anak tumbuh, dan istri menanamkan nilai-nilai adaptasi serta kebersamaan dalam keluarga.
KPPN Jakarta II (2017--2023): Ibu kota memberi tantangan yang jauh lebih berat. Ritme kerja yang cepat, lalu lintas yang padat, dan kehidupan yang serba dinamis menuntut keseimbangan. Istri hadir sebagai jangkar emosional, tempat pulang yang menenangkan.
KPPN Watampone (2023--sekarang): Setelah perjalanan panjang, kami kembali ke Sulawesi. Ada rasa syukur karena bisa kembali dekat dengan tanah kelahiran. Di sinilah, tahun ini, kami merayakan ulang tahun pernikahan ke-21.
Arti Kesetiaan dalam Rumah Tangga ASN
Rumah tangga ASN bukan hanya soal tugas, tetapi juga tentang keluarga yang harus siap berpindah. Bagi saya, istri adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Ia rela meninggalkan zona nyaman, membangun rumah baru berulang kali, dan menjaga agar keluarga tetap kokoh di tengah segala perubahan.
Kesetiaan yang ia tunjukkan adalah cermin cinta sejati. Cinta yang tidak hanya hadir saat senang, tetapi juga bertahan saat sulit. Ia adalah teman seperjalanan, penguat ketika saya lelah, dan pengingat ketika saya hampir goyah.
Pernikahan sebagai Sekolah Kehidupan
Dalam 21 tahun ini, saya belajar bahwa pernikahan adalah sekolah tanpa wisuda. Ada ujian kesabaran, pelajaran ikhlas, dan tugas besar bernama tanggung jawab. Tidak ada kurikulum baku, tetapi ada prinsip yang harus dijaga: komunikasi, kepercayaan, dan komitmen.
Kami pernah menghadapi keterbatasan, kesepian di tanah rantau, bahkan tekanan pekerjaan. Namun, semua itu menjadi batu pijakan yang memperkuat ikatan. Pernikahan mengajarkan bahwa cinta sejati bukan soal kata-kata manis, melainkan keberanian untuk tetap berjalan bersama, apapun kondisinya.
Pesan untuk Generasi Muda