Deposito tetap menjadi favorit bagi investor yang menghendaki keamanan dan likuiditas. Namun, imbal hasil deposito kini jauh lebih kecil dibandingkan risiko inflasi. Bagi sebagian penabung tradisional, hal ini menjadi bahan evaluasi ulang strategi menabung.
Saham: Risiko Lebih Tinggi, Potensi Lebih Besar
Ketika suku bunga rendah, modal lebih murah didapatkan, konsumsi dan kredit bisa tumbuh lebih cepat. Itu membuka ruang bagi sektor properti, konstruksi, dan perbankan. Namun, volatilitas tetap tinggi. Penting untuk memilih saham berdasarkan fundamental perusahaan, bukan sekadar tren harga.
Obligasi: Stabilitas dan Potensi Capital Gain
Obligasi pemerintah menawarkan kupon lebih menarik dibanding deposito, sementara harganya berpotensi naik seiring tren penurunan suku bunga. Obligasi korporasi memberi imbal hasil lebih tinggi, tapi risikonya bergantung pada kesehatan perusahaan penerbit.
Strategi Portofolio di Suku Bunga Rendah
Era suku bunga rendah mensyaratkan diversifikasi dengan lebih selektif. Prinsipnya:
Kenali profil risiko (konservatif, moderat, agresif).
Alokasikan aset berimbang: emas untuk lindung nilai, deposito untuk likuiditas, obligasi untuk stabilitas, dan saham untuk pertumbuhan.
Perhatikan periode investasi: jangan seluruhnya ditaruh di instrumen jangka panjang.
Pantau kondisi makro: inflasi, rupiah, kebijakan BI, hingga tren global.