Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Sore: Istri dari Masa Depan" - Ketika Cinta dan Kesadaran Ekologis Berpadu dalam Narasi Fiksi

28 Juli 2025   11:10 Diperbarui: 28 Juli 2025   11:09 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konferensi Pers Screening Film SORE. Foto: Aprilandika Pratama/kumparan 

"Laki-laki tidak akan bisa diubah sesuai dengan kemauan wanita, tapi laki-laki akan berubah karena dia benar-benar mencintai wanitanya."


Kalimat ini bukan sekadar kutipan, melainkan kunci pemahaman dari keseluruhan narasi film  "Sore: Istri dari Masa Depan", sebuah Film yang disutradarai oleh Yandy Laurens  yang layak mendapat perhatian lebih dari sekadar penikmat genre drama percintaan.

Di tengah maraknya film-film yang hanya menjual romansa dangkal, "Sore" justru menyodorkan gagasan mendalam dengan balutan alur lintas waktu. Tidak banyak film Indonesia yang berani menawarkan kombinasi antara cinta, waktu, dan pesan ekologis---dan itulah mengapa film ini begitu relevan untuk dibedah.

Cinta, Masa Depan, dan Dosa Ekologis

Film ini dibuka dengan pertemuan yang tak biasa: Sore, seorang perempuan dari masa depan, muncul tiba-tiba dalam hidup seorang pria masa kini, Jonathan. Alur berkembang seperti dongeng sains, namun jauh dari naif. Sore bukan sekadar karakter rekaan; ia adalah alegori dari bumi itu sendiri---yang datang dari masa depan, terluka, menyesal, dan berharap untuk didengar.

Jonathan, seperti kebanyakan manusia masa kini, abai. Ia hidup untuk dirinya sendiri, tidak peduli pada dampak ekologis dari setiap tindakan. Dalam konteks ini, hubungan antara Jonathan dan Sore menjadi metafora tentang relasi antara manusia dan alam: hubungan yang awalnya eksploitatif, namun perlahan berubah karena hadirnya rasa cinta dan kesadaran.

Sore Sebagai Simbol Bumi yang Terluka

Sore adalah simbolisasi bumi yang "tak lagi didengar." Ia hadir bukan untuk mengubah Jonathan secara paksa, melainkan berharap bahwa cinta mampu menggerakkan perubahan dari dalam. Sore tidak menyuruh, ia mengilhami. Itulah mengapa kutipan utama film ini terasa sangat kuat: laki-laki tidak akan berubah karena diperintah, tetapi karena cinta yang tulus.

Jika kita tarik ke konteks yang lebih luas, hubungan ini mencerminkan bagaimana selama ini bumi berusaha "berbicara" kepada manusia---melalui perubahan iklim, bencana alam, dan kerusakan ekosistem---namun sering kali kita memilih untuk menutup telinga.

Narasi Romantis yang Mengandung Kritik Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun