Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Worklife-Life Balance untuk ASN: Kunci Birokrasi Sehat dan Layanan Publik Berkualitas

24 Juni 2025   07:30 Diperbarui: 23 Juni 2025   15:14 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ASN juga manusia. Jika hidup dan kerjanya tak seimbang, bagaimana mungkin pelayanan publik bisa berjalan maksimal? (Foto:Freepik.com)

Pernahkah Anda, sebagai ASN, duduk sendirian di meja kerja kantor saat senja mulai turun, saat gedung mulai sepi, dan jam di dinding sudah melewati batas pulang? Di layar komputer, pekerjaan masih terbuka. Di ponsel, pesan dari pasangan masuk: "Kapan pulang? Anak-anak nunggu." Tapi Anda belum bisa beranjak. Ada laporan yang harus selesai. Ada deadline yang menekan. Dan ada perasaan bersalah yang perlahan muncul---bukan karena meninggalkan pekerjaan, tapi karena terlalu sering meninggalkan rumah.

Banyak ASN hari ini hidup dalam dilema sunyi: ingin jadi pelayan publik yang berdedikasi, tapi juga rindu menjadi pribadi yang utuh---sebagai orang tua, pasangan, sahabat, bahkan sekadar diri sendiri. Di tengah tekanan target, sistem digitalisasi, dan ekspektasi publik yang tak pernah tidur, kapan terakhir kali kita benar-benar punya waktu untuk bernapas?

ASN Juga Manusia

Tak sedikit yang berpikir menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) itu enak. Gaji tetap, cuti jelas, pensiun aman. Tapi siapa sangka, di balik meja kerja yang tampak tenang itu, ada banyak yang diam-diam menahan lelah. Tugas datang bertubi-tubi, rapat daring hingga malam hari, laporan yang seolah tiada akhir. Sementara di rumah, anak menunggu, pasangan mengeluh, tubuh minta istirahat.

Lalu muncul pertanyaan yang mengendap dalam hati: "Kapan terakhir kali aku benar-benar hidup untuk diriku sendiri?"

Bukan Lagi Soal Karier, Tapi Soal Kesehatan Jiwa

Work-life balance bukan lagi isu gaya hidup orang-orang milenial yang katanya manja. Ini soal kesehatan jiwa. Soal kewarasan. Soal kemampuan kita untuk tetap menjadi manusia utuh saat menjalani peran sebagai pelayan publik.

Seorang ASN tidak bisa selamanya 'on' dalam mode kerja. Kita bukan mesin. Kita bisa lelah. Kita bisa jenuh. Bahkan bisa hancur perlahan jika tak punya ruang untuk bernapas.

Ironisnya, dalam sistem birokrasi, rasa lelah itu sering dianggap tabu. Kita dituntut loyal. Diharapkan siap setiap saat. Apalagi kalau sudah pegang jabatan---rasanya waktu pribadi jadi barang langka. Pulang kerja tetap pegang HP, tetap buka email kantor, tetap ikut rapat via Zoom sambil menemani anak belajar. Lalu kita bertanya-tanya, "Apakah ini yang dinamakan pengabdian, atau sekadar pengorbanan tanpa batas?"

Keseimbangan Hidup Itu Hak, Bukan Privilege

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun