Sebagai seorang penulis cerita anak dan mantan editor buku di penerbit besar, perjalanan saya dalam dunia literasi anak telah membawa saya ke banyak tempat yang berbeda. Tiga tahun terakhir, saya sering diminta untuk menjadi mentor dalam pelatihan penulisan cerita anak di berbagai provinsi di Indonesia. Dari Jambi hingga Bali, dari Nusa Tenggara Barat hingga Nusa Tenggara Timur, saya telah mengunjungi berbagai daerah yang memiliki kekayaan budaya yang sangat beragam. Setiap kali saya mengunjungi tempat-tempat ini, saya terpesona dengan budaya lokal yang luar biasa, dan saya semakin menyadari betapa pentingnya mengangkat lokalitas dalam penulisan cerita anak.
Saat mengadakan pelatihan, saya selalu menekankan pada para penulis untuk menggali kekayaan lokalitas mereka sendiri. Saya percaya bahwa kekayaan budaya Indonesia---baik yang masih hidup maupun yang hampir terlupakan---merupakan sumber daya yang sangat berharga untuk diceritakan kepada anak-anak. Buku cerita anak yang mengangkat tema-tema lokal akan menjadi daya tarik tersendiri karena menawarkan pengalaman yang unik, sekaligus mengajarkan nilai-nilai budaya yang sangat penting.
Para penulis yang saya temui selama pelatihan seringkali mengangkat budaya yang sangat dekat dengan kehidupan anak-anak. Ada yang menulis tentang permainan tradisional yang sudah mulai dilupakan oleh generasi muda. Ada juga yang mengangkat tema upacara adat yang jarang dilakukan lagi, atau bahkan kesenian lokal yang hanya dikenali oleh sebagian kecil masyarakat. Tema-tema ini tidak hanya menarik, tetapi juga sangat relevan untuk generasi sekarang, yang mulai kehilangan keterikatan dengan tradisi dan budaya mereka.
Saya ingat dengan jelas, seorang penulis muda menciptakan cerita tentang permainan tradisional, yang semakin jarang dimainkan oleh anak-anak masa kini. Dalam ceritanya, ia menggambarkan bagaimana serunya permainan ini, sambil menyelipkan nilai-nilai penting seperti kerja sama, kebersamaan, dan sportivitas. Cerita ini tidak hanya mengingatkan pembaca tentang permainan yang hampir punah, tetapi juga menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga tradisi dan budaya melalui cara yang menyenangkan.
Para penulis ini, tanpa mereka sadari, telah menjadi bagian penting dalam mendokumentasikan budaya lokal kita. Mereka bukan hanya menulis cerita yang menarik, tetapi mereka juga menciptakan arsip budaya yang akan bertahan lama, bahkan ketika tradisi tersebut mulai terkikis oleh modernisasi. Buku-buku yang mereka tulis menjadi semacam dokumentasi yang hidup, yang bisa terus dikenalkan kepada generasi-generasi berikutnya. Jika buku ini sampai di tangan anak-anak, mereka akan mendapatkan pengalaman yang berbeda---mengenal budaya mereka sendiri melalui cerita yang mudah dicerna dan menghibur.
Mengangkat lokalitas dalam penulisan cerita anak bukan hanya tentang bercerita tentang adat dan tradisi, tetapi juga tentang menciptakan rasa bangga dan cinta terhadap budaya sendiri. Melalui cerita, anak-anak tidak hanya belajar tentang permainan atau upacara adat, tetapi mereka juga belajar tentang identitas mereka sebagai bagian dari bangsa yang besar dan beragam. Ini adalah cara yang sangat efektif untuk melestarikan budaya, tanpa perlu mengorbankan daya tarik dan kesenangan dalam cerita itu sendiri.
Namun, menulis cerita anak dengan tema lokalitas memang tidak semudah yang dibayangkan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar cerita yang dihasilkan tidak hanya menarik, tetapi juga relevan dan mudah dipahami oleh anak-anak. Berikut adalah beberapa tips untuk menulis cerita anak dengan tema lokalitas:
1. Kenali Budaya dengan Mendalam
Sebelum menulis, pastikan kita mengenal budaya yang akan diangkat dengan baik. Lakukan riset mendalam tentang tradisi, kesenian, permainan, atau upacara adat yang ingin dimasukkan dalam cerita. Dengan pemahaman yang lebih dalam, kita bisa menggambarkan budaya tersebut dengan cara yang lebih otentik dan menarik.
2. Jadikan Budaya sebagai Bagian dari Cerita, Bukan Sebagai Eksposisi