Mohon tunggu...
Beng Wenas
Beng Wenas Mohon Tunggu... -

Lahir di Makassar, bersekolah di Makassar, merantau ke ibukota, berkelana di negeri orang, melayani pada sesama manusia, dan berkarya buat Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Blusuker Sejati, Bukan Jokowi; Sebuah Renungan Menyambut Natal.

21 Desember 2013   19:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:39 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Blusuker adalah kata pandanan bagi orang atau oknum yang melakukan blusukan, sama halnya facebooker buat orang yang ber-facebook-kan.


Blusukan adalah kata yang menjadi sangat trending dalam setahun belakangan ini dikarenakan oleh sepak terjang seorang sosok yang di kenal dengan nama Jokowi. Dia seorang pemangku jabatan, berkuasa untuk mengatur jalannya roda pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sebelum beliau menjabat sebagai Gubernur, para pendahulunya lebih dikenal dengan gaya elitis mereka yang sangat jarang turun ke lapangan apalagi melakukan dialog dengan warganya sebelum mengambil keputusan. Gubernur blusuker, sebuah fenomena yang sangat menarik, karena blusukan dilakukan pada setiap hari kerja. Saking fenomenalnya, beberapa media massa, terutama media online, memberikan laporan khusus dengan tagline #jokowi hari#xxx.


Kenapa hal ini demikian menghebohkan? Singkat kata, rakyat senang dengan pemimpin yang ada bersama dengan mereka dan kebersamaan ini dilakoni oleh Jokowi dengan blusukan. Apakah blusukan bisa ditiru? Hanya buat pencitraan misalnya? Jawabnya ya, tapi tidak untuk waktu yang lama. Rakyat, yang merupakan “objek” blusukan, bisa merasakan apakah blusukan atau kunjungan tersebut adalah sesuatu yang ikhlas, sepenuh hati atau hanya buat pameran. Bahasa tubuh, apalagi tindakan nyata tidak mungkin mengelabui.


Dalam rangka menyambut Natal, saya merenungkan siapakah sebenarnya blusuker sejati itu? Blusuker sejati bukan hanya datang dalam kurun waktu yang sekecap dan kemudian kita berharap-harap cemas supaya masalah kita boleh terselesaikan. Blusuker sejati adalah dia menjadi sama seperti kita, merasakan seutuhnya apa yang menjadi permasalahan kita, bahkan rela menggantikan diri kita jika permasalahan kita demikian besar sehingga tidak dapat diselesaikan dengan sebuah kebijakan.


Natal adalah kisah Blusuker sejati, Yesus Kristus, yang datang mencari dan mengunjungi umatNya. Dari Sorga dia melihat ke dunia, tidak ada seorang pun yang mencari Dia dengan ketulusan hati, seorangpun tidak. UmatNya tercerai berai karena kehilangan pengayom, sang gembala. Mereka berjalan ke arah yang salah, tersesat, dan jatuh ke dalam lubang kenistaan. Kuasa dosa sudah mengungkung mereka.


Ada yang mulai berusaha untuk keluar dari kungkungan itu dengan kekuatan mereka, tapi tidak berhasil karena kuasa dosa terlalu besar mengungkung mereka. Ada yang putus asa dan mulai membius diri mereka dengan rupa rupa ritual dan berfatamorgana bahwa mereka adalah orang merdeka. Ada yang berlakon seolah telah bebas, tetapi sesungguhnya mereka bebas dalam batas kungkungan kuasa dosa.


Dia melihat umatNya membutuhkan pembebasan. Pembebasan sejati yang hanya dapat dicapai dengan campur tangan kuasa Ilahi. Dia bisa saja hanya memberi perintah dan kungkungan tersebut lepas. Ya, Dia adalah Allah dan Allah adalah maha kuasa dan maha kasih. Namun demikian, dia juga adalah Allah yang maha adil. Sifat keIlahianNya tidaklah dapat berbenturan. Dia adalah Allah yang sempurna, maka tidak ada satu inci-pun dalam diriNya yang berkontrakdiksi, termasuk sifat ke AllahanNya.


KeadilanNya melihat bahwa umat manusia sudah berbalik dariNya dan menjadi milik dosa. Upah dosa adalah maut, kematian kekal, selama lamanya. Kematian adalah keterputusan dengan sumber hidup. Semua manusia berjalan, bertatih-tatih, untuk mengambil upah mereka, yaitu maut, kematian kekal.


Dari Sorga, kasihNya menggerakkan Dia untuk menebus umatNya dari dosa itu. Keadilan haruslah ditegakkan, namun karena kasihNya yang demikian besar kepada umatNya maka Dia datang ke dalam dunia ini untuk menggantikan umatNya. Dia harus menjadi manusia, sebagai syarat pengganti, maka jadilah dia seorang manusia, seperti saya dan saudara. Inilah Inkarnasi.

Inkarnasi adalah kisah blusukan yang sejati, Dia bukan hanya mengunjungi, namun menjadi sama dengan kita. Bukan hanya sama dengan kita yang merasakan penderitaan kita, namun memberikan nyawaNya, menggantikan kematian kekal yang seharusnya ditanggung oleh umatNya. Bagi manusia yang menerima kelahiranNya dan menyimpan dalam hati mereka, maka kematianNya akan melunasi hutang dosa mereka. Itulah yang disebut kelahiran kembali orang orang percaya.


Barangsiapa yang lahir dua kali, hanya akan mati satu kali. Barangsiapa yang lahir satu kali, maka dia akan mengalami mati dua kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun