KUNINGAN,- Masalah sampah meninggalkan banyak masalah, maka dari itu perlunya penyelesaian dari hulu atau sumber masalahnya seperti para ibu rumah tangga yang menjadi penyumbang sampah terbesar.
Hal ini disampaikan oleh Heni Susilawati Pembina Gema Jabar Hejo DPD Kuningan yang ikut menghadiri pertemuan bersama Komunitas Jaringan Gerakan Perempuan Lintas Agama (Jaga Pelita). Heni menambahkan perlunya edukasi bagi ibu rumah tangga untuk memilah - milah sampah, karena sampah itu ada yang bisa hancur 3-5 bulan , dan ada yang hingga ribuan tahun.
"limbah ada 2 jenis yaitu organik dan anorganik. Untuk anorganik yang tidak bisa diurai secara secara alami atau proses biologi yaitu sterofoam yang tidak bisa hancur, sedangkan untuk kaleng hancurnya hingga 80 - 200 tahun, Plastik dan pack ring baru terurai 400 tahun, tas plastik 10-20 tahun, lembaran kayu 1-3 tahun, kertas/kardus 2 hingga 3 bulan," tutur Heni saat memparkan jenis sampah organik dan anorganik.
Heni Susilawati yang juga dosen Universitas Kuningan, berharap Komunitas Jaga Pelita dapat menjadi pelopor kebaikan dan mampu menularkan virus positif edukasi sampah ke warga sekitar terutama ibu rumah tangga yang menjadi produsen sampah terbesar di masyarakat.
Salah satu Perintis Jaga Pelita , Sri Rejeki mengatakan Kepedulian Komunitas Jaga Pelita akan lingkungan didasari atas keprihatinan persoalan sampah di Kabupaten Kuningan yang hingga saat ini belum ada penyelesaiannya.
Jaga Pelita sendiri terbentuk sejak 15 Oktober 2019, Â atas dasar kerinduan menjalin silaturahim antar umat beragama yang diinisiasi oleh Sri Rejeki dari Gereja Kristen Pasundan (GKP), dan hingga saat ini ada 18 orang yang menjadi anggota Jaga Pelita dari berbagai agama.
"yang terlintas dalam fikiran saya saat menginisiasi Jaga Pelita, agar menjalin silaturahim lintas agama, bertoleransi, dan agar bisa rukun serta menjaga toleransi,"Ujar Sri yang juga merupakan istri dari seorang pendeta.(Bengpri)