Mohon tunggu...
Benediktus Jonas
Benediktus Jonas Mohon Tunggu... Guru - GURU

Writing is a call to serve others and love God. Because everything I have comes from God

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

#DiRumahAja, Saatnya Membentuk Hati

7 April 2020   22:48 Diperbarui: 7 April 2020   22:46 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hastag #dirumahaja mendadak viral ketika Corona melanda dunia. Di media sosial, orang beramai-ramai memasang status dengan hastag tersebut. Hastag yang tidak biasa sebelumnya. Namun pilihan untuk tetap tinggal di rumah, menjadi pilihan yang baik untuk melindungi diri dan orang lain. Juga membantu para medis sebagai garda terdepan dalam mengangani covid-19.

Kalau menyimak #DirumahAja yang lagi viral itu, kita bisa mengamati perilaku orang-orang lewat status mereka. Berada di rumah dan menikmati kebersamaan yang intens dengan keluarga  ternyata juga menimbulkan kejenuhan. Simak postingan status berikut "Di rumah terus, bosan banget, ketemu orang yang sama aja, pengen keluar rumah."

Anda dan saya mungkin mengalaminya. Tentu ini sangat biasa dan manusiawi. Sebab pengalaman kejenuhan atau kebosanan adalah pengalaman sehari-hari. Maka tidak berlebihan jika Jean Paul Sartre menulis, Hidup itu Sebuah Kegalauan.

Dirumahaja, Saatnya Membentuk Hati

Kegalauan atau kebosanan sebagai pengalaman manusiawi mengingatkan saya akan buku yang ditulis oleh Thomas Hidya Tjaya, SJ seorang dosen filsafat di Kampus STF Dryakara, Jakarta. Judul buku itu ialah Perziarahan Hati.

Ada perspektif berbeda yang dilihat oleh Thomas Hidya tentang kejenuhan dan kegalauan itu. Menurutnya kegalalauan atau kebosanan muncul karena orang tidak mampu membentuk hatinya. Hingar bingar dunia dan segala kesibukannya membuat orang tidak lagi mempunyai waktu untuk menata hatinya dan mencari waktu untuk hening dan berefleksi.

Sebaliknya orang yang membentuk hatinya peka akan segala situasi. Ia tidak mudah goyah dengan apa yang menarik tanpa menelusurinya lebih dalam, tetap tenang dalam segala keadaan, tidak mengambil langkah yang kurang bijaksana dan tidak mudah jatuh dalam kejenuhan dan kegalauan hidup.

Covid-19 kiranya memiliki nilai positf bagi kita yakni agar kita membentuk lagi hati kita. Sebab fakta yang terjadi ialah orang selalu ingin mencari kebahagiaan diluar dirinya. Inilah saatnya kita kembali menemukan kebahagiaan melalui dan dalam hati agar tidak jatuh dalam kejenuhan dan kegalauan.

Mengapa membentuk hati itu penting? Dalam satu bab buku tersebut, Thomas Hidya menulis beberapa hal terkait fungsi penting hati manusia.

Pertama, hati itu pusat kebahagiaan sejati. Thomas menulis demikian, "kalau kita menginginkan kebahagiaan sejati, kita harus mencarinya melalui dan dalam hati kita dan bukan hal-hal lain. Apa yang kita cari seperti kekayaan dan kedudukan tinggi hanya bersifat sementara bahkan membuat kita akan mengalami kekosongan. Sedangkan kedamaian dan kebahagiaan sejati dalam hati tidak akan hilang."

Kedua, hati sebagai kunci kesehatan fisik, mental dan emosional. Segala emosi negatif dalam hati sering membuat hidup terasa berat dijalani. Dan menurut penelitian, segala penyakit tubuh sering kali mucul karena emosi negatif tersebut. Di sinilah pentingnya membentuk hati karena pada akhitnya hatilah yang merupakan kunci ksehatan fisik, mental dan emosional.

Ketiga, hati sebagai keseluruhan diri manusia. Siapa kita sebenarnya akan terungkap lewat arah, sikap dan keadaan hati kita. Kita boleh berpikir, berkata dan terus bertindak, namun hati mencerminkan diri kita. Sebab  apa yang dirasakan oleh hati memperlihatkan jati diri orang tersebut. Maka sangat penting bagi kita untuk memberikan perhatian yang besar bagi pembentukan hati.

Keempat, Hati sebagai kunci perubahan sejati. Kita selalu menginginkan perubahan ke arah yang baik dalam hidup. Ternyata perubahan hati melampaui perubahan lain dalam diri. Perubahan hati menyangkut sikap, sifat, orientasi hidup dan perilaku.

Kelima, hati sebagai kunci hubungan dengan Tuhan. Hati adalah kunci dalam berelasi. Relasi yang baik harus mampu menyentuh hati. Kalau hidup rohani adalah kunci hubungan dengan Tuhan, hatilah yang harus digunakan dalam membangun relasi itu. Sebab pengetahuan yang banyak tentang Tuhan tidak menjamin bahwa seseorang mempunyai relasi yang baik denganNya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun