Kondisi Fasilitas dan Akses Sanitasi di IndonesiaÂ
Menurut data Badan Pusat Statistik proporsi rumah tangga di Indonesia yang memiliki fasilitas cuci tangan dengan sabun dan air sebesar 80,15%. Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak sebesar 83,60%, jika melihat dari data di beberapa wilayah Papua memiliki persentase rendah terhadap akses sanitasi yang layak masih rendah seperti provinsi Papua Selatan dengan persentase 60,85%, Papua Tengah 41,44%, dan Papua Pegunungan 12,61%. Hal tersebut menunjukan akses terhadap sanitasi yang layak belum merata di Indonesia. Kebersihan Lingkungan berperan penting dalam tumbuh kembang anak. Berdasarkan data dari Kemendikdasmen terkait sanitasi sekolah dasar mengungkapkan bahwa hanya 76,5% sekolah dasar yang memiliki fasilitas untuk mencuci tangan dan persentase fasilitas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebesar 64%. Hal ini menimbulkan kekhawatiran karena anak-anak banyak menghabiskan waktu di rumah dan sekolah. Jika hal ini tidak memenuhi standar kesehatan, risiko penyebaran penyakit akan meningkat. Di beberapa daerah, masalah ini diperburuk oleh terbatasnya infrastruktur untuk air bersih dan pengelolaan sampah yang tidak memadai.
Meskipun memiliki dampak besar terhadap pertumbuhan anak-anak, kebersihan lingkungan seringkali dianggap sebagai hal yang sepele. Mulai dari diare dan infeksi pernapasan hingga stunting dapat dipicu oleh lingkungan yang kotor. Berdasarkan UNICEF Report, data ini menyatakan bahwa sekitar 1.000 anak di bawah usia 5 tahun meninggal setiap hari karena penyakit diare yang langsung atau tidak langsung disebabkan oleh air yang tidak aman, sanitasi yang buruk, dan higiene tangan yang tidak memadai.
Tantangan yang dihadapi di lingkungan rumah tangga
Kebiasaan seorang ibu dalam mencuci tangan memakai sabun berpengaruh pada kondisi gizi anak. Jika tangan yang terpapar kotoran, seperti feses, kotoran hewan, atau cairan tubuh yang tidak bersih, kemudian menyentuh makanan atau minuman tanpa dicuci dengan sabun, hal ini dapat menyebabkan makanan atau minuman tersebut terkontaminasi oleh kuman yang bisa masuk ke dalam sistem pencernaan. Mengonsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi kuman dapat mengganggu pencernaan dan berpotensi menyebabkan diare. Ketika anak balita mengalami diare, hal ini dapat menimbulkan malabsorbsi nutrisi, dan jika keadaan ini dibiarkan tanpa dikombinasikan dengan asupan nutrisi yang adekuat, dapat mengarah pada stunting. (pradana et al., 2023)
Upaya dan Solusi Yang Dapat DilakukanÂ
Ada sejumlah langkah yang dapat dilakukan dalam upaya memperbaiki sistem melalui sinergi berbagai pihak untuk mewujudkan lingkungan yang bersih bagi tumbuh kembang anak.
Peran pemerintah dapat diwujudkan dengan memperluas akses air bersih dan sanitasi layak, terutama di daerah tertinggal. Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan pengawasan serta penegakan aturan mengenai pengelolaan sampah dan limbah. Program Sekolah Sehat perlu diperkuat dengan penyediaan fasilitas cuci tangan, toilet yang bersih, serta edukasi kebersihan yang berkelanjutan.
Peran sekolah penting dalam membentuk kebiasaan anak sejak dini. Hal ini dapat dilakukan dengan membiasakan siswa menjaga kebersihan kelas, mencuci tangan, serta tidak membuang sampah sembarangan. Sekolah juga dapat mengadakan kegiatan rutin, seperti Jumat Bersih atau lomba kebersihan antar-kelas, untuk menumbuhkan kesadaran bersama.
Peran keluarga dan masyarakat hal ini dapat menjadi pondasi utama. Orang tua dan anggota masyarakat dapat memberi teladan melalui kebiasaan hidup bersih sehari-hari. Gotong royong membersihkan lingkungan sekitar rumah serta dukungan aktif terhadap program kebersihan yang digagas oleh penentu kebijakan setempat.Â
Oleh karena itu, apabila pemerintah, sekolah, serta keluarga dan masyarakat dapat bekerja bersama secara konsisten, tercipta lingkungan yang sehat dan kondusif bagi anak-anak untuk tumbuh berkembang secara optimal.
Harapan untuk Masa DepanÂ
Lingkungan yang bersih untuk anak-anak seharusnya bukan hanya harapan, tetapi merupakan kebutuhan yang mendesak dan perlu tindakkan nyata. Anak-anak adalah generasi masa depan yang berhak tumbuh di lingkungan yang sehat, aman, dan layak. Mewujudkan hal ini memang tidak mudah. Diperlukan dukungan dari pemerintah, keterlibatan masyarakat, serta peran orang tua dan guru. Namun, tindakan kecil yang dilakukan secara konsisten akan menghasilkan perubahan yang signifikan. Lingkungan bersih bukan hanya tentang estetika dan menghindari penyakit, tetapi juga tentang menciptakan ruang tumbuh yang sehat bagi anak-anak. Tantangan memang masih ada, tetapi harapan selalu terbuka. Mari mulai dari diri sendiri untuk dapat memulai kebiasaan mencuci tangan, tidak membuang sampah sembarangan, dan menjaga kebersihan rumah serta sekolah. Karena masa depan anak-anak Indonesia sangat ditentukan oleh lingkungan tempat mereka tumbuh hari ini.
Sumber ReferensiÂ
- Badan Pusat Statistik. (2023). Proporsi rumah tangga yang memiliki fasilitas cuci tangan dengan sabun dan air menurut provinsi. Diakses 20 September 2025 . Diakses dari https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTI3MyMy/proporsi-rumah-tangga-yang-memiliki-fasilitas-cuci-tangan-dengan-sabun-dan-air-menurut-provinsi.html
- Badan Pusat Statistik. (2023). Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak menurut provinsi dan klasifikasi desa. Diakses dari https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/ODM0IzI%3D/persentase-rumah-tangga-yang-memiliki-akses-terhadap-sanitasi-layak-menurut-provinsi-dan-klasifikasi-desa.html. Diakses 20 September 2025.Â
- UNICEF. (2023). Sanitation and Hygiene for All: 'Make a Splash!' Partnership Progress Report 2022--2023. New York: United Nations Children's Fund.
- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (2023). Sanitasi sekolah dasar (SD) tahun 2023. Jakarta: Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin).
- Pradana, V. N., Suparmi, S., & Ratnawati, R. (2023). Personal hygiene, water availability, and environmental sanitation with the incidence of stunting in toddlers aged 6--59 months in the working area of the Singorojo I Public Health Center, Kendal Regency. Amerta Nutrition, 7(3), 421--426. https://doi.org/10.20473/amnt.v7i3.2023.421-426
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI