Mohon tunggu...
Ellen Maringka
Ellen Maringka Mohon Tunggu... wiraswasta -

Akun Ini Tidak Aktif Lagi dan Tidak Akan Aktif Lagi di Kompasiana. Tidak menerima atau membalas pesan di Inbox.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Peduli Apa Kata Orang!

17 Desember 2012   00:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:32 1468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Hidup adalah perjalanan..." .. banyak puisi atau kata kata bijak yang pernah saya baca berisikan kalimat seperti itu, atau barangkali juga saya pernah menulis itu tapi lupa dimana, maklum sebelum ketemu Kompasiana, saya penulis serabutan dan awut awutan yang sesudah menulis, kertasnya saya jadikan memo daftar belanja, atau memo instruksi untukInem.  There goes my unknown masterpiece... buat apa disesali.

Kelanjutan kalimat diatas banyak variasinya, antara lain... perjalanan yang letih, menyusuri jalan berliku... (salah sendiri siapa suruh milih tujuannya diatas bukit).  Hidup itu singkat cerita sangat kompleks, penuh dengan tantangan, penuh kebahagiaan dan tangisan, tergantung di sisi mana anda berada. Tapi yang pasti hidup tidak tertawa terus menerus, karena bisa menjadi sangat tidak lucu berakhir di rumah sakit jiwa.

Satu hal yang membuat banyak orang selalu tidak bisa tenang dan menikmati kehidupannya dengan lepas, adalah  karena kepedulian yang berlebihan dengan apa kata orang. Saya tidak berbicara mengenai tindakan yang merugikan orang lain secara langsung atau tidak langsung, karena memasuki ranah itu, kita semua tentu terikat kepada hukum tertulis maupun tidak tertulis, belum lagi hukum etika dan moral yang sebenarnya secara universal dapat dipahami ; berbuatlah seperti apa yang kita kehendaki orang lain berbuat kepada kita.

Saya berbicara mengenai hal hal pribadi yang jika dilakukan ataupun tidak dilakukan, tidak akan berpengaruh kepada orang lain, tapi berefek  besar  kepada kebahagiaan diri sendiri.  Ada sepupu jauh saya yang suka dengan warna ungu, tapi tidak pernah berani memakainya dan ketika saya tanya alasannya dia selalu menjawab  apa kata orang,  kulit saya rada gelap kok beraninya memakai warna ungu?. Hey, dunia tidak akan berakhir hanya karena orang berkulit gelap memakai warna ungu!.

Contoh lain adalah salah seorang sahabat saya yang senang menyanyi dalam kesendirian.  Kamar mandi, dapur, dan ruang tamu biasanya menjadi panggung ketika tidak ada orang lain. Pernah kami travel bersama, dan saya sudah siap siap ingin merekam suaranya dari luar kamar mandi, kalau nanti dia menjadi Idol, paling tidak saya punya piece yang bisa saya banggakan, lebih baik lagi kalau bisa dijual dengan harga tinggi.  You never know... Tidak ada suara yang keluar dari kamar mandi, dan ketika saya tanyakan sesudah dia keluar kamar mandi , dengan malu malu dia menjelaskan bahwa susah payah tadi menahan keinginan untuk bernyanyi, karena malu ada saya  mendengar. Oh, so what ??

Obsesi manusia mencari kebahagiaan itu sering berakhir dengan kehati hatian yang berlebihan dengan pendapat orang lain. Dan jadilah kita generasi ala bebek yang kesana- kesini hanya karena bebek lain mengarah pada jalur yang sama.  (Yang bernama Donald dan Daisy mungkin pengecualian.)

Semua kita mengakui bahwa kematian adalah misteri, dan seberapa banyak waktu yang masih kita miliki, sepenuhnya berada dalam kemutlakan Kuasa Tuhan. Selagi masih ada waktu, meminjam penggalan syair mas Ebiet, pakailah apa yang menjadi warna kesukaan anda, peduli apa kata orang tentang ungu dan kulit gelap, yang penting anda bahagia. Bernyanyilah... tidak ada juri yang sedang menilai anda di kamar mandi. Lakukanlah hal hal kecil atau besar yang selama ini ingin anda lakukan, tapi selalu dibatasi dengan pemikiran apa kata orang. Pernahkah juga anda berpikir bahwa ; hey.. anda tidak semenarik itu, sehingga semua mata tertuju denganmu dan kemudian mengkritikmu (sakit, tapi tetap ini sebuah kemungkinan).

Peduli apa kata orang, hari ini blus Oranje pemberian adik saya, yang sekian lama tersimpan di lemari, akan memulai penampakan perdananya, dan siapa yang bisa melarang saya memakai sun glasses saat duduk di teras sambil menikmati kopi susu ?.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun