Mohon tunggu...
feri anto
feri anto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis untuk Indonesia

Karena menulis adalah perjalanan hati dan petualangan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Rangkaian Unik Aksesoris Silly Project

4 Mei 2019   20:42 Diperbarui: 4 Mei 2019   20:47 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua kisah Mbak Dewi berawal dari sebuah brand bernama Silly Project miliknya. "Dulu nama Silly diambil secara nggak sengaja waktu kakak saya menonton video klip Mocca dari internet, dan ada lirik lagu yang menyebutkan nama Silly, untuk lebih lengkapnya saya menambahi kata Project dibelakangnya, jadi Silly Project", jelas Dewi.

Dara yang berkuliah di Institut Seni Indonesia Jurusan Kriya ini bercerita bahwa dirinya amat menggandrungi asesoris handmade sejak kecil, maka dari itu ia membuat gelang, untuk menyalurkan kesenangannya. "Aku waktu kecil dulu suka membuat asesoris, makanya aku waktu masuk jurusan kriya, aku fokusin", cerita dara berambut panjang ini. Meski dulunya ditentang sang ayah, tapi itu tidak menyurutkan niat Dewi untuk meneruskan profesinya. 

"Dulu ayah saya tidak setuju saya masuk ISI Jurusan Kriya, tapi lambat laun saya bisa menunjukkan tanggung jawab atas pilihan saya", terangnya lagi. Kekayaan dunia asesoris yang ada di pasaran, dieksplorasi oleh Dewi. 

"Aku buat gelang dari bahan yang anehpun ada yang beli", kata Dewi. Bahan yang tidak biasa juga tidak luput dari tangan kreatifnya untuk dibuat asesoris. "Aku pernah bikin gelang dari karet behel, banyak yang beli juga. Terus ada braket behel, sama karetnya yang berbentuk power chain dan power o". Dalam pangsa pasar produk Silly Project, dirinya mengaku bahwa, konsumennya didominasi oleh kaum remaja.

 Sejak berdirinya Silly Project, tahun 2010-2019 Dewi sudah melahirkan kurang lebih 500 jenis / model asesoris, bahannya juga bermacam-macam mulai dari; kulit, plastik, manik-manik, kawat, tali-temali, benang dsb. 

"Dulunya saya suka bikin buyer name dari kawat, customer saya juga didominasi oleh remaja, jadinya mereka suka mengejar-ngejar saya dalam menyelesaikan pesanan", terangnya lagi. Walaupun Silly Project sering dikejar-kejar konsumennya, tapi ia selalu memberikan penjelasan dan dapat menyelesaikan pesanannya sesuai target. "Kadang saya sering tidak dipercaya konsumen, dan dituduh tidak beres dalam menyelesaikan pesanan, tapi saya selalu membuktikannya dengan memberikan hasil karya terbaik saya", pungkasnya.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa hambatan dalam berkarya itu pasti ada, bahkan Dewi juga menemui tantangan dalam membuat gelang. "Kalau saya membuat gelang yang paling susah itu dari clay, karena kadang dalamnya bisa kering, bisa juga tidak", imbuh Dewi. Harga yang ditawarkan oleh Silly Project juga terbilang terjangkau, harga dibanderol mulai dari 5 ribu rupiah-ratusan ribu rupiah. Sebagai mahasiswa, Dewipun sempat mengikuti diklat hibah dana dari kampusnya. 

"Saya sempat ikut dana hibah dari kampus, dan berhasil", ujar penggemar Frida Kahlo ini. Dirinya sebagai seorang desainer asesoris juga punya pengalaman menarik, yakni; dia sempat dihubungi desainer pakaian dari jakarta yang memintanya untuk berpameran di Taman Ismail Marzuki. "Dulu saya pernah diminta untuk membuatkan asesoris oleh seorang desainer, untuk pameran di Taman Ismail Marzuki".

Layaknya seorang seniman Dewi mengaku bahwa ia harus mempunyai identitas dalam berkarya. "Karena aku seniman, maka aku sengaja meletakkan identitasku dalam setiap asesoris yang aku buat, yakni; tasel (ikatan bulat-bulat), pompom (ikatan seperti bakso)". Dewi sebagai pemilik Silly Project mempunyai cara yang jitu dalam menggaet konsumenya,  ia menerapkan sistem, reseler, dan dijual sendiri. Mengenai tempat jualannya ia masih menyewa sebuah space bersama teman-temannya.

 "Untuk tempat usaha kami masih menyewa space secara bersama-sama di Galleria Mall lantai 1", cerita Dewi. Terkait cara menjual Dewi punya dua cara, yakni; membuat banyak model, dipajang, lalu dijual dan custom (sesuai pesanan). Dewi sendiri mengaku untuk sekarang ia merasa kewalahan, karena pesanannya makin banyak, maka dari itu ia ingin mengajak ibu-ibu rumah tangga yang ada disekitar rumahnya untuk ikut membuat asesoris. "Saya tidak sanggup kalau membuat asesoris sendirian, makanya saya mencoba mengajak ibu-ibu rumah tangga dilingkungan rumah saya untuk membuat asesoris", ujar Dewi bersemangat.

Asesoris bagi Dewi, merupakan benda yang bisa terus dipakai dan tidak tergantung oleh season / musim / trend. "Saya menerapkan model season / musim untuk asesoris saya, jadi kalau lebaran saya buat model castangel, opor. Kalau valentine buat asesoris untuk pasangan, dan nanti bisa dikasih kotaknya", imbuh Dewi sembari menjelaskan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun