Satu-satunya. Setiap kita manusia ini, satu-satunya di dunia ini. Tidak ada duanya. Pernah ada, karena diadakan oleh SANG PENG-ADA, TUHAN. Saya, anda, dia, satu-satunya. Belum pernah ada sebelumnya dan tidak akan ada lagi sesudahnya. Satu kali ada dan selesai. Tidak pernah TUHAN adakan dua manusia yang sama. Tiap manusia itu adalah satu-satunya manusia, dahulu, kini dan nanti.Â
Satu-satunya. Diri kita manusia ini satu-satunya ada, sekali ada dan tetap ada. Ada awal dan tidak ada akhir. Ada untuk selama-lamanya. Hanya PENCIPTA Yang ada tanpa awal dan tanpa akhir. Dalam kasih, PENCIPTA menciptakan diri saya, anda, dia. TUHAN kasihi setiap diri kita itu sebagai  buah kasih-NYA. Tidak ada satu manusia pun yang tidak atau kurang dikasihi oleh TUHAN. Semua kita dikasihi TUHAN sama rata sama rasa. Tidak ada anak mas, perak atau perunggu. Di hati TUHAN, kita itu sama-sama kekasih-Nya. Tidak ada rohaniwan yang lebih dikasihi TUHAN dari pada yang bukan rohaniwan. Setiap kita dikasihi sama oleh TUHAN sesuai kepribadian kita tanpa membeda-bedakan yang lebih dekat atau kurang dekat, yang luar atau dalam. Setiap kita sama di hadapan TUHAN.
Satu-satunya. Setiap kita diciptakan dengan empat karunia: Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani. Nafsu mendorong kita untuk menikmati segala yang disediakan bagi diri kita. Nalar memampukan kita untuk berpikir, menimbang dan memutuskan apa yang baik, benar, bagus dan berguna dalam hidup kita ini. Naluri menuntun kita untuk hidup bersama manusia lain secara adil dan damai. Nurani memandu kita untuk menghargai, mencintai diri dan sesama terutama TUHAN, SANG PENCIPTA itu sendiri. Empat karunia, pemberian TUHAN dalam diri kita ini merupakan empat unsur yang harus dikembangkan, diabdikan selama hidup di dunia ini. Empat unsur ini harus ditampilkan secara seimbang tanpa ada unsur yang lebih menonjol sampai menggeser unsur yang lain. Ini yang saya namakan filsafat kepribadian, Kwadran Bele. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Satu-satunya. Karena tiap diri kita itu satu-satunya di hadapan TUHAN yang dikasihi TUHAN, maka setiap kita harus membalas kasih TUHAN dengan segenap kekuatan, segenap akal budi, segenap jiwa atau semangat dan dengan segenap hati. TUHAN tuntut kita untuk mengasihi DIRI-NYA dan mengasihi sesama manusia. Dasar dari tuntutan atau perintah TUHAN ini ialah karena setiap diri kita itu satu-satunya yang dikasihi TUHAN. Jadi kalau kita menyusahkan sesama, itu berarti kita menyusahkan kekasih TUHAN. Mengasihi sesama berarti mengasihi TUHAN PENCIPTA setiap diri kita. Harus saling mengasihi. Titik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI