Mohon tunggu...
Nana Blasius
Nana Blasius Mohon Tunggu... Seorang Nana

KEPRIBADIAN: Bersahabat, Suka Diskusi, Membaca, Menulis, Traveling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jejak Langkah Seorang Aktivis: Dari Anggota Muda Hingga Pemimpin Gerakan

4 Oktober 2025   08:05 Diperbarui: 4 Oktober 2025   08:10 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Moment saat berorasi di depan gedung DPR. Sumber: Dokumen Pribadi

Sebuah refleksi tentang perjalanan seorang pemuda dalam organisasi dan gerakan sosial. 

Dalam hiruk-pikuk kehidupan mahasiswa yang penuh dengan pilihan antara zona nyaman dan panggilan idealisme, tidak banyak yang memilih jalan terjal sebagai aktivis. Namun, ada kalanya kita bertemu dengan sosok yang memilih melawan arus, memilih untuk tidak hanya menjadi penonton sejarah, melainkan ikut menulis lembar-lembarnya. Bertrand Petrus Sareng Orinbao, mahasiswa semester 8 Prodi Ilmu Hukum Universitas Katolik Parahyangan Bandung, adalah salah satu sosok tersebut.

Titik Awal: 8 Desember 2022

Perjalanan itu dimulai pada 8 Desember 2022, ketika seorang mahasiswa memutuskan untuk bergabung dengan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Bandung St. Thomas Aquinas sebagai anggota muda. Keputusan yang tampak sederhana ini ternyata menjadi awal dari sebuah transformasi dari seorang individu menjadi bagian dari gerakan kolektif yang lebih besar.

Seperti benih yang ditanam di tanah subur, komitmennya tumbuh melalui serangkaian proses kaderisasi. Mulai dari Masa Bimbingan (Mabim) hingga Latihan Kader Kepemimpinan (LKK), setiap tahapan dilalui dengan kesungguhan. Proses ini bukan sekadar formalitas administratif, melainkan pembentukan karakter dan ideologi yang akan membentuk visinya tentang perubahan sosial.

Kepemimpinan yang Dipercaya

Kepercayaan tidak datang begitu saja. Ia harus dibangun melalui konsistensi, integritas, dan kemampuan untuk menginspirasi orang lain. Dalam perjalanannya, ia dipercayakan untuk memimpin masa penerimaan anggota baru periode 2024, sebuah tanggung jawab yang tidak ringan karena melibatkan pembentukan generasi penerus organisasi.

Kepercayaan yang lebih besar datang ketika ia dipilih menjadi salah satu delegasi dalam Majelis Permusyawaratan Anggota (MPA) saat kongres di Merauke. Pengalaman ini memberinya perspektif nasional tentang tantangan dan peluang yang dihadapi organisasi, sekaligus memperluas jaringan dan pemahamannya tentang kompleksitas gerakan mahasiswa di Indonesia.

Puncaknya, ia kini menjabat sebagai ketua bidang, posisi yang memungkinkannya untuk mengimplementasikan ide-ide perubahan secara konkret dalam struktur organisasi.

Sumber: Dokumen Pribadi 
Sumber: Dokumen Pribadi 

Suara Generasi: Orasi Kemerdekaan

Pada peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke-80, ia menyampaikan orasi berjudul "Refleksi 80 Tahun Merdeka: Dari Persatuan Menuju Kemajuan Berkelanjutan." Orasi ini bukan sekadar rangkaian kata-kata indah, melainkan refleksi mendalam tentang perjalanan bangsa dan visi ke depan.

Dalam orasinya, ia mengingatkan bahwa kemerdekaan bukanlah titik akhir, melainkan titik awal dari perjuangan yang lebih besar. "Kita tiba di persimpangan sejarah: apakah kita hanya akan menjadi bangsa yang merdeka di atas kertas, atau bangsa yang benar-benar unggul di panggung dunia?" tanyanya, menantang audiens untuk tidak puas dengan pencapaian masa lalu.

Yang menarik dari orasinya adalah kemampuannya untuk menerjemahkan visi besar menjadi langkah-langkah konkret: revolusi pendidikan, pemerataan infrastruktur, kedaulatan ekonomi, ketahanan pangan dan energi, serta kolaborasi nasional. Ini menunjukkan bahwa ia bukan hanya seorang pemimpi, tetapi juga seorang perencana yang mampu memikirkan implementasi praktis dari idealisme.

Di Barisan Depan Perlawanan

Aktivisme sejati diuji ketika berhadapan dengan kebijakan yang tidak populer. Ketika muncul kontroversi tentang kenaikan tunjangan DPR, ia tidak memilih untuk berdiam diri. Sebagai bagian dari aksi demonstrasi, ia menyuarakan kritik keras terhadap apa yang dianggapnya sebagai pengkhianatan terhadap rakyat.

"Kalau DPR terus menghianati rakyat, kalau partai politik terus jadi pasar gelap oligarki, kalau aparat terus jadi tukang pukul kekuasaan maka hanya ada satu kata kawan," serunya di hadapan massa. Kata-kata ini mencerminkan kekecewaan mendalam terhadap sistem politik yang dianggap tidak berpihak pada rakyat.

Tuntutannya jelas dan tegas: tolak kenaikan gaji DPR, reformasi Polri, benahi sistem politik yang mahal, dan hentikan kekerasan aparat terhadap rakyat. Ini bukan tuntutan yang dibuat-buat, melainkan respons terhadap realitas sosial politik yang dianggapnya problematis.

Makna Sebuah Perjalanan

Perjalanan dari 8 Desember 2022 hingga hari ini bukanlah sekadar catatan kronologis, melainkan narasi tentang evolusi seorang individu menjadi pemimpin. Setiap posisi yang diemban, setiap orasi yang disampaikan, setiap aksi yang diikuti, adalah bagian dari proses pembelajaran dan pematangan karakter.

Yang membuatnya berbeda adalah konsistensi antara kata dan perbuatan. Ia tidak hanya berbicara tentang perubahan di mimbar-mimbar diskusi, tetapi juga turun ke jalan ketika diperlukan. Ia tidak hanya memimpin dalam struktur organisasi, tetapi juga berani mengambil risiko ketika berhadapan dengan kekuasaan.

Refleksi untuk Generasi

Moment saat berorasi di depan gedung DPR. Sumber: Dokumen Pribadi
Moment saat berorasi di depan gedung DPR. Sumber: Dokumen Pribadi

Sosok seperti  ini penting untuk didokumentasikan bukan karena ia sempurna, melainkan karena ia menunjukkan bahwa perubahan dimulai dari keputusan individual untuk terlibat. Dalam era di mana banyak generasi muda memilih untuk apatis atau fokus pada kepentingan pribadi, ia memilih jalan yang lebih sulit namun lebih bermakna.

Perjalanannya mengingatkan kita bahwa kepemimpinan bukanlah tentang posisi atau jabatan, melainkan tentang keberanian untuk mengambil tanggung jawab terhadap kondisi sosial di sekitar kita. Ia menunjukkan bahwa organisasi mahasiswa bukan sekadar sarana bersosialisasi, melainkan laboratorium kepemimpinan dan perubahan sosial.

Jejak langkahnya dari seorang anggota muda hingga pemimpin gerakan adalah bukti bahwa setiap perjalanan besar dimulai dengan langkah kecil. Dan bahwa dalam setiap generasi, selalu ada mereka yang memilih untuk tidak hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga penulis aktifnya.

Inilah potret seorang aktivis muda Indonesia, dengan segala keberanian, idealisme, dan komitmennya terhadap perubahan. Sebuah cermin bagi generasi yang mencari makna dalam keterlibatan sosial dan politik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun