Pada peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke-80, ia menyampaikan orasi berjudul "Refleksi 80 Tahun Merdeka: Dari Persatuan Menuju Kemajuan Berkelanjutan." Orasi ini bukan sekadar rangkaian kata-kata indah, melainkan refleksi mendalam tentang perjalanan bangsa dan visi ke depan.
Dalam orasinya, ia mengingatkan bahwa kemerdekaan bukanlah titik akhir, melainkan titik awal dari perjuangan yang lebih besar. "Kita tiba di persimpangan sejarah: apakah kita hanya akan menjadi bangsa yang merdeka di atas kertas, atau bangsa yang benar-benar unggul di panggung dunia?" tanyanya, menantang audiens untuk tidak puas dengan pencapaian masa lalu.
Yang menarik dari orasinya adalah kemampuannya untuk menerjemahkan visi besar menjadi langkah-langkah konkret: revolusi pendidikan, pemerataan infrastruktur, kedaulatan ekonomi, ketahanan pangan dan energi, serta kolaborasi nasional. Ini menunjukkan bahwa ia bukan hanya seorang pemimpi, tetapi juga seorang perencana yang mampu memikirkan implementasi praktis dari idealisme.
Di Barisan Depan Perlawanan
Aktivisme sejati diuji ketika berhadapan dengan kebijakan yang tidak populer. Ketika muncul kontroversi tentang kenaikan tunjangan DPR, ia tidak memilih untuk berdiam diri. Sebagai bagian dari aksi demonstrasi, ia menyuarakan kritik keras terhadap apa yang dianggapnya sebagai pengkhianatan terhadap rakyat.
"Kalau DPR terus menghianati rakyat, kalau partai politik terus jadi pasar gelap oligarki, kalau aparat terus jadi tukang pukul kekuasaan maka hanya ada satu kata kawan," serunya di hadapan massa. Kata-kata ini mencerminkan kekecewaan mendalam terhadap sistem politik yang dianggap tidak berpihak pada rakyat.
Tuntutannya jelas dan tegas: tolak kenaikan gaji DPR, reformasi Polri, benahi sistem politik yang mahal, dan hentikan kekerasan aparat terhadap rakyat. Ini bukan tuntutan yang dibuat-buat, melainkan respons terhadap realitas sosial politik yang dianggapnya problematis.
Makna Sebuah Perjalanan
Perjalanan dari 8 Desember 2022 hingga hari ini bukanlah sekadar catatan kronologis, melainkan narasi tentang evolusi seorang individu menjadi pemimpin. Setiap posisi yang diemban, setiap orasi yang disampaikan, setiap aksi yang diikuti, adalah bagian dari proses pembelajaran dan pematangan karakter.
Yang membuatnya berbeda adalah konsistensi antara kata dan perbuatan. Ia tidak hanya berbicara tentang perubahan di mimbar-mimbar diskusi, tetapi juga turun ke jalan ketika diperlukan. Ia tidak hanya memimpin dalam struktur organisasi, tetapi juga berani mengambil risiko ketika berhadapan dengan kekuasaan.
Refleksi untuk Generasi