Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Barang Berteriak

16 April 2024   07:23 Diperbarui: 16 April 2024   07:25 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Barang berteriak. Barang apa? Segala macam barang. Di dunia ini segala barang itu ada tuannya. Hutan, laut, udara, binatang. Semua itu ada tuannya. Tidak ada yang liar. Tidak ada yang tak bertuan. Siapa tuannya? Yah, kita manusia ini. Siapa lagi kalau bukan kita manusia. Lalu kita manusia, siapa punya, siapa tuan kita? Ah, ini pertanyaan angkuh. Kita manusia ini tuan kita itu, TUHAN. Maka, ada tiga lapis: TUHAN itu lapis pertama, paling atas, Tuan atas segala sesuatu. Kita manusia, lapis kedua, tuan atas diri dan semua barang yang lain. Lapis ketiga, hewan. Mereka tuan atas tempat mereka hidup. Ikan tuan atas laut. Harimau tuan atas hutan. Monyet tuan atas pohon-pohon di mana mereka bergantung. Burung-burung tuan atas sarang mereka. Tiga lapis inilah tuan atas semua barang yang kelihatan dan tak kelihatan. Tuan punya tugas, jaga barang-barang itu dan manfaatkan secara baik dan benar. Kita manusia sadar bahwa kita punya Tuan itu TUHAN, maka tidak ada kata lain selain sembah sujud TUHAN karena sudah bermurah hati beri segala sesuatu untuk kita manusia lalu suruh kita untuk jaga dan manfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan kita manusia. 

Barang berteriak. Teriak ada dua macam. Teriak gembira atau teriak ketakutan. Kalau diperlakukan secara baik dan benar, maka barang itu teriak kegirangan. Tanaman yang kita tanam di kebun kita. Kalau kita rawat, kita pangkas, maka tanaman itu teriak kegirangan dalam bentuk tumbuh menghijau dan menghasilkan buah. Hewan piaraan, kalau kita beri makan dan minum pada waktunya, mereka kegirangan dan teriak puas lalu teriak lagi kalau mereka lapar dan haus. Kita manusia juga teriak kegirangan karena dapat rezeki dan teriak ketakutan kalau kita dipersulit dalam bentuk apa pun saja, entah dalam bentuk kata-kata hinaan atau tindakan pelecehan.

Barang berteriak. Orang Romawi ratusan tahun sebelum Masehi sudah ada ungkapan bijak dalam bahasa Latin, "Res Clamat Dominum", artinya, "Barang teriak kepada tuannya". Teriak atau menangis, mengerang, meringis, mengaduh malah meratap, mohon perlindungan,  mohon belas kasih, mencari selamat.  Kita manusia tuan atas alam. Kalau garap alam untuk yang baik, rintihan mereka itu rintihan yang baik seperti ibu bersalin yang teriak  sepintas lalu lahirlah bayi. Tapi kalau kita garap alam sesuka hati, bakar hutan, kotorkan udara, maka alam itu teriak kesakitan dan teriaknya itu sampai kepada SANG PEMILIK, TUHAN. 

Barang teriak. Kita manusia ada NAFSU untuk manfaatkan alam. Pakai baik-baik, teratur dan terukur. Alam teriak untuk baik. Kita ada NALAR supaya pakai akal, ilmu dan pengalaman untuk atur dan pakai alam ini dengan benar. Kita ada NALURI untuk perhatikan sesama dan alam sekitar supaya sama-sama aman dan nyaman, tidak teriak histeris mengerang kesakitan. Kita ada NURANI untuk bertanggung-jawab kepada TUHAN, Tuan segala tuan. (4N, Kwadran Bele, 2011). Ayo, mari kita teriak kegirangan puji Sang PENCIPTA.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun