Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ambil Hati

14 Juli 2022   03:17 Diperbarui: 14 Juli 2022   03:23 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ambil hati. Suku Buna' di pedalaman Pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, mempunyai satu kebiasaan, ambil hati. Dalam bahasa Buna', 'nimil wit' artinya: ambil saya punya hati. Ada dua pihak. Satu yang memohon dan satu yang dimohon. Yang memohon datang dengan empat macam simbol: molo pu, tue',  tumel, tais. Molo pu itu sirih pinang. Tue' itu sebotol sopi atau minuman beralkohol. Tumel itu mata uang. Tais itu kain tenun. 

Ambil hati lewat empat macam barang ini yang mempunyai makna. Molo pu itu sapaan awal kalau bertemu. Tue' itu suguhan awal untuk membasahkan kerongkongan supaya dimulai pembicaraan. Tumel itu sekeping mata uang perak atau selembar mata uang kertas nilainya sekitar sepuluh, dua puluh ribu rupiah atau lebih, tanda penghargaan. Tais itu tanda   kehangatan, pernyataan saling menyelimuti, saling merangkul. Perpaduan makna empat simbol ini, ada, terima, hargai, bersatu. 

Pihak yang memohon, datang, nyatakan diri ada, nyatakan isi hati untuk ambil hati lewat sirih-pinang yang disuguhkan, lewat minuman penghangat, lewat kepingan uang penghargaan dan lewat kain persatuan. Pihak yang didatangi, menerima, mempersilahkan, mendengar maksud kedatangan lalu mempertimbangkan disusul dengan balasan sesuai permohonan.

Pihak yang datang, ambil hati. Pihak yang didatangi, beri hati. Hati dengan hati bertemu. Ini ditandai dengan empat simbol itu, molo pu, tue',  tumel, tais (sirih-pinang, sopi, uang, kain). 

Hidup ini sejatinya pertemuan antara hati dengan hati, yang satu ambil hati yang satunya beri hati. Dasar dari ambil hati ini ada empat. Suku Buna' mempunyai empat istilah: nopil (saya punya tenaga), nawas (saya punya pikiran), nezel ( saya punya perut), nimil (saya punya hati). Makna empat istilah ini, kebutuhan, pertimbangan, pergaulan, perasaan. 

Ini yang diungkapkan dengan empat istilah dalam bahasa Indonesia: Nafsu, Nalar, Naluri, Nurani yang merupakan satu kesatuan antara empat unsur dalam kepribadian setiap manusia. (4N, Kwadran Bele, 2011). Empat unsur inilah yang diartikan dan disatu-padukan dengan istilah 'hati'. Hati manusia.

Ambil hati itu pertemuan hati antara sesama manusia yang ada hati. Orang tua ada hati, anak ada hati. Rakyat ada hati, pemimpin ada hati. Orang tua ambil hati anak, anak ambil hati orang tua. Rakyat ambil hati pemimpin, pemimpin ambil hati rakyat. Saling memohon, saling memberi.

Orang tua terima anak, anak terima orang tua. Pemimpin terima rakyat, rakyat terima pemimpin. Saling ambil hati dan beri hati.  Dengan kebiasaan yang indah ini dalam hidup sehari-hari, tidak ada sakit hati, tinggi hati, iri hati, patah hati. Yang ada, hati-hati dalam arti waspada untuk tidak saling menyakiti hati.

Ambil hati itu antara sesama manusia. Manusia, saya, anda, dia, kita ini ambil dan beri hati antara kita. Kita pun harus ambil dan beri hati pada DIA, TUHAN,  PENCIPTA kita. Inilah hidup. Ambil hati. Beri hati. Ada kedamaian dalam hati. Bahagia. Itulah hidup, di sini, dunia ini dan di akhirat, hidup yang kekal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun