Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hidup dari Sudut Filsafat (55)

19 Mei 2021   10:21 Diperbarui: 19 Mei 2021   10:32 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup itu nama. Tidak ada orang tanpa nama. Setiap orang ada nama karena diberi nama. Itulah hidup. Dapat nama, sebut nama, perkenalkan nama, pertahankan nama. Ada nama sama dengan ada hidup. Beri nama sama dengan beri hidup. Benar nama dari orang tua. Lebih benar lagi, nama dari TUHAN. Ini yang namanya loncatan dalam filsafat. Dari yang nampak ke yang tidak nampak. Dari manusia loncat ke TUHAN. Loncatan pikiran filsasfat seperti ini, sah, karena filsafat itu berpikir sedalam-dalamnya tentang segala yang ada dan mungkin ada. TUHAN itu bukan mungkin ada, tapi ADA, hanya tak nampak pada mata kita seperti makhluk yang lain. DIA Yang beri nama kepada saya, anda, dia, kita. Itu sama dengan DIA beri hidup dan nama, serentak.  Setiap kita disapa oleh DIA masing-masing dengan nama yang DIA beri lewat orang tua kita.

Beri nama. Di kalangan suku saya,  suku Buna' di pedalaman Timor, cara beri nama kepada bayi itu lewat susu ibu. Upacaranya, bayi yang baru lahir, contoh, seorang bayi laki-laki, didekap ibu lalu seorang Ibu yang dituakan dalam suku, berseru, 'Bei Bele na man bari bu, su a', (Bahasa Buna')  'Kalau ba'i Bele yang datang ini, maka isap susu'. Kalau bayi mulai isap susu mamanya, maka jadilah, nama bayi itu Bele, memikul nama leluhur yang bernama Bele. Suku Buna' tidak pernah memakai nama ayah karena matrilineal dan nama yang diberi harus nama orang yang sudah meninggal, khususnya leluhur yang dikenal baik dan berjasa. Falsafah upacara beri nama ini, bayi itu adalah kelanjutan turunan dalam suku dan hidup dilanjutkan lewat susu ibu yang diisap. Dia harus jaga nama, jaga hidup, jaga suku. Pertahankan nama baik di mana-mana. Karena itulah nama dan hidup itu satu. Hidup itu nama, nama itu hidup. Pertahankan hidup sama dengan pertahankan nama.

Cari nama dari dalam arti positif adalah karya Nafsu dalam   hidup untuk tetap hidup. Lewat nalar kita, kita beri arti pada sebuah nama. Baik manusia, hewan dan tumbuhan kita beri nama karena mereka bahagian dari hidup. Malahan benda-benda mati seperti batu, logam  dan bintang serta planet pun kita beri nama. Itu karya Nalar. Sesama kita dipanggil dengan nama, disapa, disayang dengan sebut namanya. Ini karya naluri. Dalam hati kita terkenang semua nama yang kita kasihi dan kita doakan, kalau yang hidup semoga bahagia, kalau sudah meninggal, semoga istirahat abadi. Ini karya nurani. 

Empat unsur ini, Nafsu + Nalar + Naluri +  Nurani (4N, Kwadran Bele, 2011) membuat nama kita ada dan disebut dalam hidup ini. Ingat,  semuanya itu atas izin dari asal dan tujuan dari semua yang hidup yang ada nama. Dia itu adalah TUHAN, Yang kita sapa dengan Nama di atas segala Nama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun