Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tokoh dari Sudut Filsafat (40)

23 Januari 2021   17:28 Diperbarui: 23 Januari 2021   17:29 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tokoh ada lima jari. Lima jari itu simbol dari lima tugas. Lima jari, mulai  ibu jari, simbol dari tugas pertama, sembahyang. Jari telunjuk, simbol dari tugas kedua, menghayati dan mengamalkan Sabda Tuhan, baik yang tersirat maupun yang tersurat. Tersirat itu dalam semua ciptaan, alam semesta, termasuk manusia. Tersurat dalam Kitab Suci semua agama. Jari tengah, simbol dari tugas ketiga, sujud- syukur. 

Ibadat baik pribadi maupun bersama adalah sujud-syukur. Tugas ketiga ini adalah puncak dari seluruh tugas karena dalam tugas sujud-syukur yang dalam Aama Kristen Katolik, dikenal dengan istilah Sakramen, secara istimewa Sakramen Ekaristi, saat umat katolik yakin bersatu dengan Tuhan. Jari manis, simbol tugas keempat, belajar. Menambah pengetahuan dan keterampilan adalah tugas untuk menambah kemampuan tokoh dalam mengolah alam untuk hidup. Jari kelingking adalah simbol tugas kelima, bekerja. 

Apa yang diketahui melalui tugas keempat, belajar, diwujudkan dalam tugas kelima, bekerja agar ada hasil dan dapat dinikmati. Lima tugas ini menjadi satu ibarat satu tangan mempunyai lima jari. Tiap jari ada peranan dan saling melengkapi. Untuk mudah diingat, tokoh itu hidup untuk laksanakan lima tugas, 3S + 2B. Sembahyang + Sabda + Sujud + Belajar + Bekerja.  

Tokoh kuat karena lima jari, lima kegiatan ini. Dalam diri tokoh ada 4N, NAFSU + NALAR + NALURI+ NURANI untuk giat dalam tunaikan lima tugas ini yang disediakan oleh Pencipta. (4N, Kwadran Bele, 2011).  Nafsu dalam bentuk kekuatan fisik dipakai oleh tokoh untuk sembahyang atau berdoa, membaca, merenungkan Sabda Tuhan, merayakan iman dengan cara sujud-syukur, sembah- sujud atau beribadat. 

Nafsu juga merupakan kekuatan untuk belajar apa saja yang baik dan berguna lalu bekerja sekuat tenaga. Nalar dalam bentuk kegiatan olah pikir, mendorong tokoh memahami dan melaksanakan sembahyang, memahami sabda Tuhan, merayakan iman dalam bentuk ibadat, belajar cari pengetahuan dan pengalaman lalu bekerja sesuai kemampuan sang tokoh. 

Nalar tokoh memahami lima tugas ini, 3S + 2B sebagai tugas dalam mengisi kehidupan untuk mencapai kesejahteraan lahir-bathin. Naluri tokoh mengajak tokoh untuk hidup bersama orang lain untuk melaksanakan lima tugas ini secara bersama-sama dan memetik hasilnya secara bersama-sama pula. Nurani tokoh menjadi tenang sesudah melaksanakan lima tugas ini sebagai kewajiban menjalani hidup ini hari demi hari.

Tokoh harus dan wajib laksanakan lima tugas ini secara menyeluruh, utuh. Tokoh itu, saya, anda, dia, kita, terikat untuk melaksanakan lima tugas ini dengan pemahaman bahwa tiga kegiatan (3S), sembahyang-sabda-sujud langsung berkontak dengan TUHAN, sedangkan dua kegiatan (2B) langsung berkontak dengan sesama. Limanya menyatu dalam diri tokoh menjadi  pujian kepada TUHAN sampai tokoh mengakhiri hidupnya di dunia ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun