Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tokoh dari Sudut Filsafat (4)

2 Desember 2020   13:01 Diperbarui: 2 Desember 2020   13:04 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tokoh sibuk, sebar, sabar. 3S. Sibuk penuhi undangan, sebar pesona kasih, sabar tampung selera penggemar. Sibuk karena panggilan NALURI, dibutuhkan banyak orang di mana-mana. Sebar adalah panggilan NALURI untuk sebarkan kebaikan baik lewat pikiran, perkataan dan perbuatan.  NALURI para penggemar menyatu-padu dengan NALURI sang tokoh sehingga saling merindukan untuk bertatap wajah dan berbela rasa.

NAFSU untuk menikmati perjumpaan dengan penggemar menggetarkan diri tokoh untuk menyisihkan berbagai acara lain untuk memenuhi undangan yang satu ini. NAFSU untuk dielu-elukan dalam diri tokoh menggelora dan ini sangat wajar, karena cocok dengan NAFSU para pengagum. Bertemulah NAfSU dengan NAFSU, baik dari tokoh maupun pengikut. Hura-hura dan pesta pora tak terhindarkan. Tokoh berpikir keras untuk memenuhi kehausan penggemar dengan isi NALAR yang cocok. Itu yang mereka nantikan dari tokoh, perbendaharaan NALAR yang kaya harap dibagikan lewat acara temu muka ini. Sebelum, selama dan sesudah bertemu muka dengan tokoh, ratusan atau ribuan pengikut merasa suatu kepuasan luar biasa yang meresap dalam lubuk  NURANI yang terdalam. Inilah tokoh sejati. 

Empat N, NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI sama-sama berperan dalam penokohan sang tokoh oleh para pengikut. (4N, Kwadran Bele, 2011).

NALURI sang tokoh memenuhi NAFSU untuk disanjung sejauh tidak tersandung pada keangkuhan semu. NALURI sang tokoh diperkokoh oleh luas dan dalamnya isi NALAR yang dipaparkan di depan para penggemar. NALURI sang tokoh terpuaskan oleh bisikan NURANI yang menyatakan bahwa pertemuan ini membawa damai dan sukacita. TUHAN memberkati sang tokoh dan penggemar. Tokoh musik, memilih lagu-lagu  terbaik sesuai selera penggemar. Tokoh agama, memilih tema yang cocok dengan situasi penganut yang ditemui.

Tokoh politik memilih topik pidato yang cocok dengan harapan konstituen.  Ini semua kerja NALURI. Biasanya NALURI tokoh itu tajam. Inilah kehebatan seorang yang ditokohkan. Massa dikuasai. Penganut agama diresapi dengan rasa senyap dan suci. NALURI pengikut bergetar dan jantung berdetak keras dengan getar NALURI sang tokoh yang sukses dengan jemarinya memetik tali senar NALURI hadirin.

Simfoni damai memenuhi ruangan pertemuan. Gema gembira membahana di lapangan luas tempat berjubelnya para pengikut. Itulah hasil kerja NALURI seorang tokoh. Baik tokoh maupun penganut, mengalami NAFSU tersalur, NALAR terpapar, NALURI tertabur,  NURANI terhibur. Ini baru namanya tokoh yang sungguh-sungguh tokoh, penegak keadilan, penyebar kedamaian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun