Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ton dari Sudut Filsafat

29 November 2020   20:24 Diperbarui: 29 November 2020   20:33 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

'Ton' itu kata bahasa Buna' di pedalaman Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. 'Ton' artinya 'Kawin'. 'Ton' juga berarti 'sama-sama'. 'Ton a' artinya, 'Makan sama-sama'. 'Boge ton' = 'Sama-sama pakai satu piring talam'. 'Sulu ton', = 'Makan sama-sama pakai satu sendok'. 'Mar ton' = 'Sama-sama kerjakan satu kebun yang sama'. 'Ton' mempunyai makna yang dalam. Dua orang atau lebih bersama-sama melakukan satu pekerjaan. Arti yang paling umum, ialah: kawin. 'En ton' = Orang kawin. 'Eli ton' = 'Kamu dua kawin'. 'Ei sulu ton' = 'Kamu sama-sama pakai satu sendok bergantian'. 'Nei sulu ton' = 'Kami sama-sama pakai satu sendok bergantian'. Bayangkan, ada kebiasaan beberapa orang makan, dari piring yang sama, dan pakai sendok yang sama, bergantian. Tidak ada rasa jijik. Dasar terdalam dalam kebiasaan ini ialah: ada bersama sebagai saudara. Ada rasa saling percaya, dia itu saya, saya itu dia. Sama-sama rasa, sama-sama senang.  Makan bersama atau kerja kebun bersama, ada saling percaya, saling menghargai, saling mendukung, saling menjaga, saling menghidupkan. Itu dalam kegiatan yang biasa, makan atau bekerja. Kata yang sama ini, 'ton', berarti kawin. 

Dua orang yang dewasa,  'ton', kawin, pria dan wanita,  hidup bersama dan mempunyai keturunan. 'Ton' di kalangan suku Buna', terlaksana antara dua kelompok suku rumah. Adat suku mengontrol dengan ketat setiap pasangan suami isteri yang terikat oleh ikatan 'ton', kawin. Hak dan kewajiban dua belah pihak dilindungi sama. NAFSU hidup bersama sebagai suami-isteri dalam status 'ton' adalah dorongan alamiah yang dibangun atas dasar kemauan untuk hidup sama derajat. Adat 'ton' mengharuskan NALAR untuk tetap berupaya agar dua orang suami-isteri ini ada rezeki untuk hidup yang layak. Adat yang mendasari status 'ton' mendorong NALURI untuk hidup dalam kesatuan dengan segenap anggota suku dua belah pihak, baik pihak isteri maupun pihak suami. Adat 'ton' selalu diiringi oleh bisikan  NURANI bahwa dua orang ini beserta keturunannya direstui dan dijaga oleh roh-roh leluhur terlebih oleh ROH YANG MAHA TINGGI sehingga sama sekali tidak dibenarkan untuk adanya pertengkaran dalam rumah tangga. (4N, Kwadran Bele, 2011). 'Ton' berarti hidup bersama sehingga tidak dibenarkan saling menciderai baik dengan perkataan apa lagi dengan perbuatan.

'Ton' itu arti dasarnya, bersama, berbagi. Dua orang yang paling dekat hidup bersama adalah suami-isteri dalam ikatan perkawinan. Satu tidak merendahkan yang lain. Seperti makan bergantian dengan satu sendok, demikian pun hidup 'ton', 'kawin', tidak ada rasa menolak antara kedua  orang itu, suami-isteri. Sangat jarang di kalangan suku Buna' ada ceritera tentang perceraian. Sehidup-semati sudah menjadi semboyan mereka. Dengan masuknya agama Kristen Katolik, adat suku Buna' ini semakin diperteguh dan tertanam dalam sanubari, hidup 'ton' itu sakral, kudus dan terputus hanya oleh kematian. 'Ton'  itu menyatukan dua orang untuk sama-sama bahagia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun