Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Heran dari Sudut Filsafat

26 November 2020   20:18 Diperbarui: 26 November 2020   20:40 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

'Heran bahwa teman tidak heran'. Teman menjawab, 'Heran karena apa? Ada yang aneh?' 'Semuanya aneh. Teman juga aneh. Saya juga aneh. Pohon di depan rumah kita ini juga aneh. Kemarin berdiri, hari ini masih berdiri. Hewan piaraan kita juga aneh, kemarin di kandang, sampai sekarang masih di kandang'. Teman menjawab, 'Ah, jangan aneh-aneh. Pagi ini teman bicara aneh-aneh. Jangan-jangan teman sudah...'. Inilah penggalan dialog antara dua orang teman di pagi hari yang cerah. Heran. Aneh. Keduanya aneh, bicara aneh-aneh. Yang aneh itulah yang membuat seseorang heran. Heran penuh tanda tanya. Mengapa begini, mengapa begitu. Rasa heran membuat seseorang bergairah, mata membelalak, mulut tenganga. Hah! Heran itu tanda ada kehidupan. 

Manusia saja yang bisa heran karena dorongan NAFSU-nya terpenuhi. Heran karena upaya NALAR-nya mencari tahu tentang virus aneh membuahkan hasil, virus dapat diatasi dengan anti-virus. Heran karena NALURI-nya untuk bekerja-sama terpenuhi dengan tawaran bantuan dari orang yang tidak dia duga. Heran karena NURANI-nya jadi tenang sesudah doanya terkabul. Kerjasama antara 4N dalam diri manusia ini yang membuat kita manusia itu heran dari saat ke saat. (4N, Kwadran Bele, 2011). Hidup itu heran. 

Heran itu suatu kemampuan yang membuat kita manusia tetap bergairah untuk hidup. Biji yang kita tanam, berkecambah. Heran. Ayam mengeram dan menetas. Heran. Tetangga yang mengeluh karena bertahun-tahun merindukan adanya momongan, kini sudah ada bayi. Heran ada anak yang dulunya nakal luar biasa sekarang bisa jadi tokoh agama dan jadi panutan. Berbagai peristiwa dalam hidup ini yang membuat kita heran tak habis-habisnya. Heran tanda kebodohan? Tidak. Heran tanda kehebatan kita manusia, mengakui adanya kekuatan di luar diri kita yang lebih hebat. Kalau  tidak heran lagi, maka manusia akan jadi seperti  robot. Digerakkan baru bergerak. Kita manusia dapat bergerak karena adanya heran itu. Heran karena sudah pagi dan harus bangun. Heran bahwa tiba-tiba ingat akan segera berangkat ke tempat kerja karena ada satu tugas penting yang harus segera diselesaikan. Semua peristiwa sambung menyambung dari heran ke heran. Mata kita terbuka karena heran. Telinga kita terpasang karena heran mendengar bunyi yang baru. Heran dan heran, semua kita sama-sama heran karena heran bahwa kita sedang ada bersama. 

Semua manusia terdorong oleh rasa heran itu lalu terus mencari dan mencari, maju dan terus maju, ke mana? Yah ke mana lagi kalau bukan ke DIA, SUMBER Penyebab segala keheranan di alam ini? 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun