Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Asing dari sudut Filsafat (12)

28 Oktober 2020   09:00 Diperbarui: 28 Oktober 2020   09:05 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Asing itu baru, gembira, bahagia. Lingkungan baru, teman baru, suasana baru, selalu baru. Nikmati dari yang satu ke yang satu, dari yang lain ke yang  lain. Baru kemarin, baru hari ini, baru besok. Tetap baru. Tidak ada kebosanan, tidak ada kejenuhan. NAFSU untuk menikmati terpenuhi. NALAR tetap segar karena tetap tambah pengetahuan baru, pengalaman baru. NALURI berkawan terjawab karena selalu ada hal baru dengan orang lama situasi baru, apa lagi dengan orang baru, sama-sama asing bicara hal asing tentang dunia asing membuat diri senang dan tambah senang. NURANI tenang dan damai karena alami situasi asing dan bertemu dengan orang asing yang sama-sama asing dengan penuh gairah menimba hal baru menambah perbendaharaan baru. Inilah peranan "4N (Kwadran Bele 2011) dalam diri kita manusia  yang dihadiahkan oleh PENCIPTA kepada setiap kita.  Hanya sayangnya, kita manusia ini sering berlaku sebagai orang asing yang menjadi asing yang buat jarak dan menjadi garang sambil berlaku buas terhadap alam sekitar dan sesama manusia. Ini bukan ciri khas orang asing sejati. Sebagai orang asing seharusnya menikmati setiap situasi, setiap manusia yang ditemui sebagai teman baru, manusia baru yang sama-sama mengalami rasa kagum, rasa gembira, rasa tenang dan damai.

Adat suku kami, suku Buna' di pedalaman Pulau Timor, memulai usaha apa saja, selalu diawali dengan sajian kepada leluhur, roh-roh baik dan jahat serta YANG MAHA ESA. Ini tanda memasuki situasi asing agar tidak asing. Bayi sebelum disuap dengan bubur, sejemput bubur diambil dengan jari dan dioleskan di dada si bayi karena makanan yang asing akan masuk ke dalam perut bayi yang asing dan tidak membawa petaka. Kerbau yang bunting dilempari dengan sebutir telur ayam yang melumuri kulitnya sebagai tanda mohon izin agar roh baik menjaga hewan ini dan roh jahat tidak mengganggu kesehatan di induk dan si anak dalam perutnya. Di tengah ladang yang baru, sebelum benih ditanam, tabung bambu berisi air dingin digantung di tiang bambu yang ditancapkan dan batu yang diletakkan di bawah tiang bambu ini direciki dengan darah ayam sebagai tanda mohon izin dan mohon kesuburan tanaman agar hasil panen melimpah. Ini beberapa contoh ibadat asli dari suku Buna' sebelum mereka memeluk agama Kristen Katolik seratus-an tahun lampau. Sampai sekarang, biar pun mereka sudah seratus persen katolik, ibadat ini masih tetap dilaksanakan bersamaan dengan doa dan perecikan dengan air berkat oleh Imam dari Gereja Katolik. Dua macam ibadat tetap dilaksanakan untuk adanya kepuasan bathin sebagai orang asing dalam keterasingan di dunia yang asing agar tidak asing.

Keakraban dan kedamaian adalah harapan dari kita manusia yang asing ini dalam situasi hidup kita yang hanya sementara menurut perhitungan kalender. Padahal, hidup kita ini adalah hidup yang tidak harus diukur dengan waktu. Singkat atau lama, bukanlah ukuran untuk hidup ini entah sudah dijalani dengan utuh dan patuh atu tidak pada maksud PENCIPTA kita. DIA  adakan kita untuk bahagia mulai sekarang sampai keabadian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun