Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Asing dari Sudut Filsafat (7)

21 Oktober 2020   09:13 Diperbarui: 21 Oktober 2020   09:28 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Asing sama asing jangan saling mengasingkan. NAFSU makan secukupnya, baik. Makan yang berlebihan itulah yang masuk tindakan ingat diri, tidak sadar bahwa dirinya adalah orang asing di tanah asing bersama sesama yang sama-sama asing di dunia ini. NALAR yang dipakai untuk memikirkan upaya pembaharuan dalam hidup merupakan karya yang terpuji. Tapi kalau menyiasati sesama, main otak, agar menang sendiri, termasuk tindakan sesat. NALURI untuk membantu dan dibantu sesama, sangat mulia. 

Kalau membuat sesama itu terseok-seok sendirian tanpa daya, namanya manusia kurang berperi-kemanusiaan. NURANI membisikkan dengan halus agar kita manusia sadar bahwa hidup ini tidak lama dan tidak diketahui dengan pasti kapan berakhir di dunia ini karena kita ini orang asing di perasingan. Kalau tidak dengar bisikan halus ini termasuk manusia yang buta batin dan tumpul rasa. Inilah kaitan satu sama lain antara 4N (NAFSU + NALAR +  NALURI +  NURANI, Kwadran Bele, 2011 ) dalam diri manusia sebagai makhluk asing di tanah asing.

Pernah ada seorang asing yang sangat sadar dirinya sebagai orang asing di tengah orang-orang asing di tempat yang sangat asing. Orang itu saya kenal dan sekarang sangat saya kagumi. Namanya, Farmin, tidak jelas dari Jawa bahagian mana, tapi jelas dia orang Jawa. 

Sejak tahun 1960-an, sewaktu saya masih berusia lima tahun, masih segar dalam ingatan saya sampai sekarang tahun 2020-an, Farmin ini seorang pemuda, datang di pedalaman Pulau Timor, di kampung saya, Lakmaras, sekarang Kecamatan Lamaknen Selatan, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Orang-orang tua sekampung saya, suku Buna', memanggilnya 'Bun', sebutan untuk 'Bung', lidah orang Buna' sulit melafalkan 'ng' sehingga 'n' saja, dan Mas Farmin dipanggil 'Bun'. Dia datang sebagai seorang muda, kawin dengan perempuan suku kami, mempunyai anak-anak sampai cucu-cucu. 

Pada awalnya, Bun menarik perhatian para pemuda dengan menjadi guru silat. Setiap malam dia melatih para pemuda main silat diiringi bunyi kentongan bambu dan kami anak-anak menonton dengan penuh semangat sambil membantu menyalakan api unggun di tengah gelapnya malam. Bun menjadi idola kami anak-anak pada tahun 60-an. Bun menjadi bahan omongan kami baik anak-anak maupun orang dewasa. 

Bun beragama Islam. Kami anak-anak tahu bahwa Bun pemali makan daging babi. Itu saja. Bun tidak pernah ajak isteri dan anak-anaknya masuk Islam. Bun hadir di semua acara adat, dan orang-orang tua sudah tahu Bun tidak makan daging babi jadi siap ayam hidup, Bun sendiri sembelih dan dimasak khusus untuk dia, tetapi makan adat bersama semua tua-tua adat, tetap tidak menyentuh daging babi. 

Bun ini perintis pembangungan di desa kami, Lakmaras. Bun yang berani gali sumur di berbagai tempat padahal kami orang Buna' mempunyai kepercayaan gali sumur itu pemali, nanti mati, tapi Bun tetap gali dan orang tua kami nikmati air sumur galian Bun. 

Bun juga yang berani tanam kemiri, padahal suku  Buna' mempunyai kepercayaan pantang tanam kemiri, nanti mati. Bun berani tanam, dan sampai sekarang, orang-orang kami di Lakmaras sudah berani tanam dan panen hasil kemiri  berlimpah-limpah. Inilah contoh orang asing yang tetap asing tapi hidup tidak asing. Bun menyatu dengan kami sampai ajalnya tiba. 

Hiduplah sebagai orang asing yang tidak asing. Ini diajarkan oleh Bun dari Lakmaras.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun