Pulih itu perbaiki. Rusak baik lagi. Pulih. Nama baik rusak. Pulihkan nama baik. Hubungan rusak. Pulihkan hubungan yang rusak. Sudah pulih. Ada kegembiraan, kepuasan atas hasil pemulihan. Tumbuhan bertunas baru. Pulih. Hewan piaraan yang tadinya pincang, berjalan lagi. Pulih. Adik kakak yang bertengkar, berdamai kembali. Pulih. Lama menderita sakit. Akhirnya tertolong. Kesehatan pulih. Ini semua pengalaman manusiawi, rusak baik, sakit sehat.
Ada dua pihak. Pihak yang merusak dan pihak yang dirusakkan. Dua pihak lega kalau sudah pulih. Rusak, cepat. Pulih, lama. Ranting pohon, patahkan tidak sampai menit. Tumbuh tunas baru, pulih, berbulan-bulan. Rusakkan hubungan, sesaat. Pulihkan hubungan bisa bertahun-tahun, malah ada yang tidak pulih sampai mati. Melukai bathin sesama. Pulihkan. Ibarat luka, sembuh, tapi bekasnya tetap ada.
Pulih dari hari ke hari. Setiap hari kita manusia ini tidak luput dari kesalahan, kekhilafan baik disengaja maupun tidak disengaja. Tidak disengaja tidak salah, tapi tetap merusak. Gelas tersenggol tangan kita dan terjatuh, pecah berantakan. Ini pecah, tak terpulihkan, tak sengaja, tidak salah, tapi kerusakan sudah terjadi. Itu baru gelas. Belum lagi rumah tangga. Ada yang retak, pulih lagi, syukur. Ada yang retak, berantakan. Tidak pulih.
Hubungan antara kita manusia dengan sesama itu tidak selamanya utuh, indah. Sangat sering terganggu dan cari jalan untuk kembali pulih. NAFSU manusia menjadi biang kerok keretakan hubungan. Suami isteri, satu ke kiri, satu ke kanan. Cekcok. NALAR manusia mencari jalan untuk kembali pulih.  NALURI manusia tidak rela retak terus. Usaha untuk pulih itu diperkuat oleh dorongan NALURI. NURANI terus terganggu kalau keretakan hubungan antara sesama belum pulih. NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI, 4N dalam diri  manusia berperan untuk pulihnya hubungan yang retak antara sesama. (Kwadran Bele, 2011).Â
Tidak boleh disangkal bahwa tiap manusia itu ada hubungan yang sangat erat dengan TUHAN, SANG PENCIPTA. Hubungan ini tetap terjalin dan terjaga dan tidak mungkin putus. Retak, bisa. Bisa pulih kalau kita manusia sadar akan kecerobohan kita melawan SANG MAHA KASIH. DIA tetap menjaga hubungan ini dengan KASIH dan SAYANG dan DIA memerintah kepada setiap manusia untuk menjaga hubungan yang baik antara DIRINYA dengan kita dan antara kita dengan sesama. Kalau retak, segera pulihkan. Entah dengan sesama atau dengan TUHAN, hubungan itu renggang pulih, rusak pulih, retak pulih dan proses ini berjalan terus sampai manusia mengakhiri hidupnya di dunia ini.Â
Semua manusia mengharapkan agar akhir hidup itu terjadi dalam keadaan pulih hubungannya dengan sesama dan TUHAN.Â