Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Penting dari Sudut Filsafat

14 Juli 2020   18:26 Diperbarui: 14 Juli 2020   18:24 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ini penting sekali. Itu kurang penting. Orang penting datang. Siapa lebih penting, engkau atau saya? Makan itu penting. Kalau makan penting, minum? Yah, minum juga penting. Hai, kalau dua-dua penting, mana lebih penting? Ada orang penting, habis orang lain? Semua orang penting. 

Mana mungkin, kalau semua orang penting, dunia ini kacau. Harus ada yang lebih penting dan ada yang kurang penting. Ini soalnya. Perbandingan. Lebih, kurang, sangat. Ada yang kurang penting, ada yang penting, ada yang lebih penting dan ada yang sangat penting, ada lagi yang sangat-sangat penting. 

Hidup ini kacau-balau karena perbandingan model begini. NAFSU tidak lebih penting dari NALAR, NALURI dan NURANI. Begitu pun tiga yang lain, tidak ada satu yang lebih penting dari yang lain. Sama-sama penting karena peranannya berbeda. NAFSU mendorong, NALAR menimbang, NALURI mendukung,  NURANI menilai. 

Empat unsur dalam diri manusia ini sama penting atas dasar fungsi dan tugasnya. Pribadi manusia sendiri tidak boleh membuat perbandingan dan tentukan peringkat untuk empat unsur dalam diri pribadi ini. (Bdk. 4N, Kwadran Bele, 2011). 

Bayangkan, kalau NAFSU lebih dipentingkan, berarti NALAR + NALURI + NURANI dianggap kurang penting. Manusia keburu nafsu itu karena membuat gradasi (pemilahan atas tingkat) ini. Orang yang lebih pentingkan NAFSU, langsung kelihatan, rakus, tidak banyak pikir (NALAR), tidak ingat orang lain (NALURI), apalagi Tuhan (NURANI). Jadi NAFSU itu penting, titik. NALAR? Yah, penting, tapi tidak lebih penting dari tiga yang lain.

 Orang yang lebih pentingkan NALAR itu biasanya anggap diri tahu semua, angkuh, orang lain bodoh, tidak suka belajar lagi karena semua ilmu dia sudah tahu. Bagaimana dengan NALURI. Ini jangan diabaikan dan dianggap kurang penting. Tetapi juga jangan anggap NALURI lebih penting dari tiga yang lain. Karena orang yang lebih pentingkan NALURI biasanya cenderung sukuis, anggap keluarganya, sukunya, kelompoknya lebih penting dari keluarga lain, suku lain, kelompok lain karena mereka lebih rendah dan kalau dia itu pejabat, maka akar 'nepotisme', lebih utamakan keluarga,  muncul dari faktor ini. 

Ada NURANI. Ini yang paling penting? Tidak. Sama penting dengan tiga yang lain. NURANI beri penilaian atas karya NAFSU, NALAR dan NALURI. Kalau ada orang yang lebih pentingkan NURANI, biasanya orang itu sok suci. Dunia ini dianggap jahat. Dia beranggapan karcis masuk surga sudah ada di tangannya. Khotbah sana-sini ungkit orang lain punya dosa, dia pikir dia paling suci, tidak ada dosa lagi.

Hidup ini semua penting, alam sekitar ini penting, jangan dirusakkan. Orang lain penting, jangan disusahkan  karena sama-sama ciptaan Tuhan. Hari ini penting, sama dengan kemarin dan besok. Peristiwa apa pun saja penting karena setiap peristiwa ada maknanya sendiri asal disadari. Jangan  pentingkan diri lebih dari orang lain. Jangan lebih pentingkan hidup di akhirat sampai abaikan hidup di dunia ini. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun