Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kamu dari Sudut Filsafat

6 Juli 2020   07:40 Diperbarui: 6 Juli 2020   08:03 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kamu ada, saya ada. Kamu banyak orang, saya sendiri. Saya dengan kawan-kawan saya, cukup banyak juga, kami ada di sini, kamu ada di situ. Harap kamu jangan ganggu kami. Kami juga tidak ganggu kamu. Kamu itu orang-orang baik. Kamu di kampung, tanam apa-apa, panen dan jual untuk kami di kota. Untung ada kamu, kalau tidak, kami di kota bisa mati kelaparan. Kamu ada, kami ada, saling menguntungkan. Kamu dan kami sama-sama mau hidup. Ini ranah NAFSU. Kamu bisa panen bagus, rumah bagus, pakaian bagus karena kami punya kawan-kawan hasilkan barang-barang seperti traktor tangan untuk balik tanah di pegunungan, ada pabrik semen untuk bangunan, ada pabrik tekstil untuk buat pakaian. Kamu bergantung pada teknologi baru karena ada orang yang pikir dan buat bermacam-macam alat modern. O yah, kamu di kampung juga sekarang rata-rata sudah pakai hp. Luar biasa. Ini masuk bidang NALAR. Kamu di desa jangan cemas, katanya gagal panen. Tahun ini ada lagi kelaparan. Pemerintah sudah siap beras secukupnya. Ini masuk ranah NALURI, tidak tega ada manusia yang ditimpa bencana kelaparan dan mati kelaparan. Katanya kamu di desa sedang bangun rumah ibadat dan masih kurang dana. Ada orang-orang yang baik hati dan mau tolong kamu. Mereka akan datang mengunjungi kamu. Ini masuk ranah NURANI. Manusia ini ada jarak, saya di sini dan kamu di sana. Kamu baik, kamu berjasa, kamu bahagian dari saya, bahagian  dari kemanusiaan.

Manusia dibeda-bedakan atas dasar kelompok, kami kamu, atas dasar tempat, kota desa, atas dasar waktu, dulu kini. Kamu tetap kamu dan tidak pernah bisa dileburkan jadi kami semua. Pembagian ini ada dan itulah pembedaan, bukan pemisahan. Satu mata rantai, rantai kemanusiaan. Kamu punya kelebihan-kelebihan dalam segala bidang. Kami juga. Kamu ada kekurangan di sana-sini. Kami juga. Maka kamu ada dalam hubungan dengan kami sehingga keberadaan kamu dan kami ini keberadaan saling menghidupkan, bukan saling mematikan. Kami tidak iri dengan kelebihan kamu. Kami tidak benci kamu. Begitu pun sebaliknya. Tidak boleh iri dengan kami. Tapi jangan kikir. Kalau kami susah, kamu ada, datanglah bantu kami. Kalau kamu susah, jangan cemas, kami ada. 

Kamu ada karena DIA. Kami juga ada karena DIA. Jadi kita sama-sama ada, kamu dan kami, kalau berhadapan dengan DIA, maka kamu dan kami menjadi kita. Dengan demikian, tidak ada tempat sama sekali untuk kamu dan kami saling menyusahkan. Apalagi saling membunuh, hal yang terburuk yang sering terjadi di bumi yang kecil ini. Kamu bahagian dari kami. Kami bahagian dari kamu. Kamu dan kami sama-sama bahagian dari Karya Penciptaan dari DIA, PENCIPTA kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun