Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pikir dari Segi Filsafat

30 Juni 2020   08:05 Diperbarui: 30 Juni 2020   08:01 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Pikir pendek. Pikir panjang. Pikir dalam-dalam. Pikir tenang-tenang. Pikir baik-baik. Pikir dulu baru buat. Kau pikir atau tidak? Kau punya pikiran di mana? Pikir ulang-ulang. Kau punya pikiran itu kotor sekali. Kau pikir saya ini apa? Kau punya pikiran itu bagik sekai." Boleh ditambah puluhan kutipan berkaitan dengan pikir dan pikiran. 

 Ini semua kutipan ungkapan harian tentang 'Pikir'. Hanya manusia saja yang berpikir. Manusia itu makhluk berpikir. Kalau dipakai 'Kwadran Bele' (2011) sebagai titik tolak, maka: Pikir itu adalah kegiatan yang muncul dari Nafsu, Nalar, Naluri dan Nurani (4N). Nafsu, bahagian pertama dalam dri manusia  mendorong manusia berpikir untuk buat dan dapat apa-apa. Nalar menyambut dengan beri pertimbangan dari segi pengetahuan dan pengalaman tentang apa yang sedang dipikirkan. Naluri mengingatkan tentang adanya orang lain yang juga ada bersama dalam alur pikir yang sama. Nurani langsung beraksi dengan beri pertimbangan tentang baik-buruknya isi pikiran itu. Empat unsur dalam diri manusia ini bekerja serentak.

Umumnya orang berpikir manusia berpikir pakai otak. Pusat pikiran itu ada di otak. Bahagian fisik manusia ini dipilah-pilah, pikir pakai otak, rasa dengan hati, sayang dengan jantung, rasa dengan panca indra. Penulis tawarkan pemahaman baru. Apa pun saja aktifitas manusia, digerakkan oleh empat faktor atau bahagian atau empat unsur dari pribadi manusia: Nafsu + Nalar + Naluri + Nurani. Fisik manusia, mulai dari ujung rambut sampai ujung kuku kaki bergerak serentak untuk satu kegiatan. Kuku dan rambut pun ikut berpikir. Ini hasil dari saya pikir. 

Pikir yang tidak dikontrol mulai dari Nafsu, Nalar, Naluri sampai Nurani, akan menjadi kacau. Pikir tentang harta dan kuasa, itulah Nafsu. Ini baik. Tapi tidak dikendali oleh Nalar, Naluri dan Nurani, maka Nafsu untuk harta dan kuasa itu merajalela dalam diri manusia dan orang itu akan tabrak sana tabrak sini, pokoknya ada harta dan dapat kuasa. Tindakan tercela yang disebut KKN (Korupsi-Kolusi-Nepotisme) muncul dari Nafsu untuk memperoleh harta dan kuasa yang tidak terkontrol oleh tiga N yang lain.

Pikir itu diarahkan untuk hal-hal yang baik, benar dan berguna, untuk diri dan sesama. Ini ungkapan filsafat tentang 'pikir'.  Pikir lalu buat sesuai Nalar. Ini yang disebut masuk akal. Pikir, lalu buat sambil pertenggangkan sesama. Ini karya Naluri. Ingat orang lain. Pikir, buat dan renungkan, akibat dari tindakan itu. Ini peranan Nurani. Kalau tindakan itu baik, benar dan berguna bagi diri dan sessama, Nurani akan tenang, senang dan dorong tambah lagi untuk ulang terus-menerus. 

Berdasarkan 4 N ini pribadi manusia itu harus ber-Nafsu untuk yang baik, ber-Nalar untuk timbang benar salah, ber-Naluri untuk lihat berguna atau tidak bagi diri dan sesama, ber-Nurani untuk diterima oleh diri dan sesama, terutama oleh SANG PENCIPTA.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun