Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Pendidik, Penulis, dan Penggerak Literasi

Guru, penulis dan penggerak literasi yang percaya menulis adalah jejak sejarah diri sekaligus warisan nilai bagi generasi muda.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tugas Kelompok, Belajar Kerja Sama atau Ajang Penumpang Gratis?

1 Oktober 2025   08:00 Diperbarui: 2 Oktober 2025   11:09 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi- Kerja kelompok siswa di kelas. (Dok Tanoto Foundation via Kompas.com)

“Bu, kenapa saya harus kerja keras kalau teman lain tinggal numpang nama?”

Kalimat itu keluar dari seorang siswa saat mengumpulkan hasil tugas kelompok. Wajahnya lelah, tapi juga jengkel. Saya terdiam, mencerna keluhannya. Tugas kelompok yang seharusnya melatih kerja sama justru membuat sebagian anak merasa dieksploitasi.

Fenomena ini sebenarnya bukan hal baru. Di ruang kelas, hampir setiap guru pernah menghadapi masalah klasik: satu dua siswa bekerja keras, sementara yang lain sekadar “menumpang nama” di lembar tugas. Bukankah tugas kelompok harusnya menumbuhkan solidaritas? Mengapa malah menimbulkan rasa tidak adil?

Antara Idealita dan Realita

Dalam teori pendidikan, tugas kelompok punya banyak manfaat. Ia melatih komunikasi, pembagian peran, dan empati. Anak belajar bahwa keberhasilan dicapai bersama, bukan sendirian.

Namun di lapangan, realitanya jauh lebih rumit.

  • Ada siswa yang memang terbiasa mengambil alih karena merasa lebih mampu.
  • Ada yang sengaja menghindar karena tidak percaya diri.
  • Ada pula yang sudah nyaman jadi “penumpang gratis,” toh nilainya tetap sama.

Ketidakmerataan kontribusi inilah yang membuat tujuan mulia sering berbelok arah.

Data dari sebuah penelitian Universitas Indonesia (2019) menunjukkan bahwa 62% siswa SMA mengaku pernah merasa terpaksa mengerjakan tugas kelompok sendirian karena anggota lain tidak berkontribusi. Angka itu menunjukkan ada masalah struktural, bukan sekadar kasus individual.

Suasana siswa mengerjakan tugas kelompok di kelas. Sumber: Dokpri - Gen AI
Suasana siswa mengerjakan tugas kelompok di kelas. Sumber: Dokpri - Gen AI

Cerita dari Kelas

Saya pernah membagi kelas menjadi beberapa kelompok untuk membuat proyek drama pendek. Antusiasme awal cukup tinggi. Tapi setelah dipentaskan, baru terlihat siapa yang benar-benar bekerja. Ada kelompok yang solid semua berperan aktif. Ada pula kelompok di mana hanya dua orang yang sibuk menulis naskah, menyiapkan kostum, sekaligus berlatih, sementara sisanya datang hanya saat tampil.

Menariknya, kelompok pertama tampil dengan penuh percaya diri. Mereka kompak, meski sederhana. Kelompok kedua, meski kostumnya lebih lengkap, terasa hambar. Ada jarak antara panggung dan penonton karena pemainnya sendiri tidak sepenuh hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun