Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Guru

saya orang yang sedang belajar menulis Fiksiana.Humaniora.Lyfe

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Centang Biru Bukan Titik Akhir, Justru Awal Perjalanan Baru

12 September 2025   08:23 Diperbarui: 12 September 2025   08:23 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Centang biru di Kompasiana bukan akhir, melainkan awal tanggung jawab baru untuk terus menulis konsisten. Sumber: Dokpri - Gen AI

Sayangnya, konsistensi itu tidak bertahan lama. Setelah November 2024, saya kembali berhenti. Menulis kembali terasa berat, dan niat itu pun memudar.

Namun, ada pelajaran penting dari sini: konsistensi kecil lebih baik daripada ambisi besar yang cepat padam. Bahkan satu tulisan seminggu bisa berarti banyak, asal dijaga terus.

Ketika Centang Biru Jadi Pengingat

Agustus tahun ini, saya kembali duduk di depan layar. Tidak ada target tinggi, tidak ada ambisi mengejar label atau penghargaan. Niat saya sederhana: menulis saja. Menuangkan pikiran, berbagi cerita, meski tanpa harapan lebih.

Namun, justru ketika ekspektasi dikesampingkan, kejutan datang. Artikel yang sudah beberapa hari bahkan minggu lalu, tiba-tiba naik menjadi artikel utama di Kompasiana. Rasanya seperti dipanggil kembali: bahwa tulisan saya masih punya ruang, masih punya pembaca di luar sana.

Tak lama setelah itu, notifikasi centang biru pun hadir.

Ada kebanggaan tersendiri ketika label kecil berwarna biru itu muncul di samping nama. Namun bersamaan dengan itu, ada juga rasa gentar. Saya bertanya pada diri sendiri: apakah tulisan saya cukup bermanfaat? Apakah ia memberi arti, atau sekadar lewat begitu saja?

Bagi saya, centang biru bukan sekadar penghargaan. Ia adalah pengingat. Bahwa ada pembaca yang menunggu. Ada tanggung jawab moral untuk menulis dengan lebih hati-hati, lebih tulus, dan lebih konsisten.

Menulis Bukan Lagi Tentang Saya, Tapi Tentang Kita

Di Kompasiana, saya semakin sadar bahwa menulis bukan sekadar soal ego pribadi. Setiap artikel yang terbit bisa menjadi cermin bagi orang lain, bisa memantik diskusi, bahkan bisa membuka ruang empati yang sebelumnya tertutup.

Ketika pembaca meninggalkan komentar, saya belajar bahwa tulisan yang sederhana sekalipun bisa menyentuh orang lain. Kadang bukan karena gaya bahasa, melainkan karena keberanian berbagi pengalaman nyata.

Inilah kekuatan Kompasiana: ia membuat setiap penulis merasa tidak sendirian. Kata-kata yang lahir dari ruang personal bisa bergema ke ruang publik, lalu kembali lagi dalam bentuk dukungan, kritik, atau apresiasi.

Oleh karena itu, saya semakin yakin bahwa centang biru bukan hanya milik saya. Ia adalah bagian dari ekosistem yang lebih besar, sebuah pengakuan bahwa kita semua penulis, pembaca, editor, dan komunitas sedang berjalan bersama menjaga literasi warga.

Menulis di Kompasiana Bukan Sekadar Label

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun