Tulisan  ini saya tulis setelah kepulangan saya dari mencari jawaban akan arti hidup yang singkat. (Jangan terlalu serius membaca).
Sejak januari 2018 saya sudah berkeinginan untuk berlibur (bukan pulang kampung alias ke bungalow mama tercinta) . Saat itu saya masih lebih memilih hutan dibandingkan lautan. Saat itu sudah berkali-kali mencari lokasi perjalanan dan mempersiapkan dana yang dibutuhkan. Rencana tinggal rencana, awalnya bulan januari menjadi februari kemudian fakum di maret karena harus fokus mid smester, lanjut ke april masih tidak terealisasi bahkan sudah pesan tiket segala, akhirnya bulan mei pun tiba (saatnya ujian smester), tanggal 8 semua ujian telah diselesaikan, rasanya sedikit merdeka. Setelahnya beberapa teman ngajakin ke thailand. Hem... kalo thailand aku belum tertarik, mungkin kamboja, tapi itupun rasanya sayang kalo cuma kepengen lihat angkor watt (candi yang dijadikan game yang saya mainkan 2 smester lamanya karena diulang2 ).Â
Selesai ujian smester dikepala saya hanya terfikirkan liburan,kalo bisa  hutan lah, berendam, persawahan lihat bebek (lebay sih di kota bebek juga kadang ketemu walau jarang :D) , jauh dari keramaian (kalau bisa ngak ada orang berisik), dan terjangkau . Pilihan jatuh ke pulau dewata Bali. Tapi saya tidak tertarik dengan tanah lot, GWK, kuta, seminyak, private club yang entry fee nya berfariasi mulai dari 300 rb dan minimal mesen makan minum yang harganya 120 rb keatas, tidak juga pengen ke  tempat yang berawalan gili. Â
3 minggu sebelum tanggal yang dijadwalkan, iseng buka facebook (kadang aktif kadang non aktif, tergantung mood lah). Terpampanglah status  abang yang dulu saya  dikenal semasa SMA, kebetulan dia  posting tempat liburan, judulnya nusa penida. Melihat foto-foto liburan itu hati tergerak. Cek google, cek rute, cek harga, cek foto lokasi. Pas... klop..., cocok  seperti yang saya mau.
Tiket dipesan, kemudian iseng mengirimkan ke group wa saudara seibu sebapak "anak mamak". Saudara paling kecil terlihat baik-baik saja, dalam hati berkata "hem... aman nih, dia  ngak terpengaruh" .... tapi itu hanya bertahan 5 jam, malam harinya mendapat pesan wa dari adik paling kecil. Isinya seperti yang saya sc kan berikut .
Kami sampai di Bali pada  sabtu tanggal 2 juni malam. Kebetulan adek nomor 3 memang berdomisili di Bali, jadi ngak perlu keluar dana tambahan untuk penginapan.  Besoknya sudah mau "kaki seribu" tapi mamohe berpesan agar jangan langsung jalan-jalan. Hari minggu, musti gereja...sebagai kakak beradik  gaya kami miriplah, malamnya kami sepakat "Oke besok gereja pagi ya jam 7. Jam 5 musti mandi" pulang gereja nyari makan trus langsung ke sanur pesan tiket kapal ke nusa ceningan kemudian lusa baru ke nusa penida. Oke deal...Â
Oke hanya tinggal OK dan E....Â
E... kesiangan. Bangun jam 8. Akhirnya memutuskan gereja jam 10. Ternyata di bali gereja siangnya jam 11. Agak menyesal kenapa bangun kesiangan, banyak waktu libur terbuang.
Senin, 4 juni 2018.Â
Perjalanan ke nusa penida dimulai. Lokasi kami di dekat perguruan tinggi udayana. Jadi kami memesan layanan taxi online menuju pelabuhan sanur dengan biaya 37 rb. Sedari malam saya meyakini harga tiket dari pelabuhan sanur ke nusa penida hanya 80 rb. Yakin sekali. Ternyata sesampainya di pelabuhan, banyak tertera harga Rp.200 rb. Weduh kok 200 sih, baru ingat blog yang saya baca tahun 2015, bisa jadi memang harga sudah berubah drastis. Â Tapi yo mosok sih naik sebegitunya....