Mohon tunggu...
bejo production
bejo production Mohon Tunggu...

We are professional Marketing Communication company, which established in 1999 and ever since we have brings so many talented artist to public entertainment business. We have dedicated people using their best resources to promote their best position in the entertainment industry. By experience, we are deeply know what the public want to see and hear of their performance.

Selanjutnya

Tutup

Money

Bisnis Ph Production

30 November 2009   11:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:08 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Kerja sama ph production (ph) dengan stasiun televisi menyimpan bom waktu. Ujung pangkalnya adalah pembayaran yang sering telat. Tunggakan kerja sama ini mencapai puluhan miliar. Ph mesti pintar-pintar mengelola bisnisnya

Dunia bisnis production house memang tidak senantiasa seindah penampakan sinetronnya yang banyak dibalut kemewahan. Presiden direktur trans tv ishadi s.k. Mengatakan bahwa tunggakan stasiun televisi ke ph adalah hal yang wajar, karena masih dalam batas normal bisnis televisi. “ini kan bisnis televisi, bukan jual sepeda motor. Yang penting angsuran dibayar terus dan ada komitmen membayar tidak berhenti,” katanya.

Bisnis ph production company (ph) harus kuat modalnya. Bagaimana tidak, bisnis ini membutuhkan investasi untuk alat yang harganya mahal. Lalu, ada ongkos operasional yang tidak murah. Untuk memproduksi satu episode sinetron (exhibition organizer) dibutuhkan modal sekitar rp 250 juta-rp 300 juta. Adapun satu film layar lebar mencapai rp 1 miliar. Gawatnya, keuntungan juga tidak bisa langsung dinikmati. Perlu dua atau tiga bulan untuk menerima hasil keringat.

Seiring perjalanan waktu dan tren bisnis hiburan, peran ph atau exhibition organizer justru kian tergusur. Beberapa stasiun televisi mulai mengembangkan in-house production alias memberdayakan awak stasiun sendiri. Di trans tv, misalnya, tayangan produksi in house mencapai 75%, sisanya baru digarap ph. “dengan in house kita bisa lebih kreatif, cepat memutuskan perubahan program, dan lebih hemat,” ujar ishadi s.k., presiden direktur trans tv.

Rcti juga mengikuti jejak trans tv. Mereka membangun in-house production yang dinamakan mnc (media nusantara citra). Cuma, karyanya baru sebatas sinetron remaja dan film televisi. Itu pun, menurut wakil direktur utama rcti sutanto hartono, sinetron produksi in house belum bisa mengimbangi kualitas produk production house jakarta. Apalagi pada awal produksi, biasanya selalu rugi belum bisa untung. “masalahnya, apakah teve punya keahlian dan komitmen atau enggak, karena awalnya negatif terus return-nya,” terang sutanto.

Lantaran berkeinginan mendorong peran in-house production, tak heran jika kebijakan stasiun televisi terasa makin memberatkan ph production company. Misalnya, untuk acara pada jam prime time tak ada lagi sistem revenue sharing (bagi hasil). “kontraknya beli putus, lalu program menjadi milik mereka seumur hidup,” kata leo sutanto, pemilik sinemart.

Bagi ph production house jakarta, melihat situasi seperti ini, pilihannya cuma satu. Yaitu: memperkuat daya tawar, dengan membuat program yang bagus. Atau, kalah. Maklum, saingan ph itu bak api dalam sekam.

Forum.kafegaul.com

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun