Mohon tunggu...
Ujang basir
Ujang basir Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lahir dan dibesarkan PALEMBANG, melarat di tanah jawa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tidak Ada Partai Islam di Indonesia

20 April 2014   05:19 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:27 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya agak terganggu dengan beberapa pemberitaan media mengeni istilah, dalam pembahasan dan peliputan perkembangan partai politik dalam perolehan suara dalam Pileg 09 April  2014 yang lalu.

Belumlah final dari KPU, data acuan yang di pergunakan adalah hasil penghitungan cepat yang di lakukan oleh beberapa lembaga survey.

Dari hasil Pileg tersebut menjadi acuan bagi partai politik untuk selanjutnya untuk mengusung Capres atau Calon Presiden dan Wakil Presiden untuk berlaga di Pilpres 2014 yang akan datang.

Dengan data acuan perolehan saat ini, partai politik tidak ada yang unggul signifikan, bersaing ketat. untuk mengusung Capres dan Cawapres partai politik atau gabungan partai politik harus menguasai suara parlemen minimal 25% suara. Maka timbulah kasak kusut antar partai atau lintas partai untuk menggabungkan suara minimal 25%.

Ada istilah boros eh poros yang dimotori oleh mentor tokoh reformasi, ada juga yang sudah mendeklarasikan jago nya, ada juga yang sibuk menjelek-jelekan orang lain, ada juga yang lagi ribut sendiri antar sesamanya.

Nah justru yang ramai dibicarakan adalah mengkelompokan jenis partai politik berdasarkan jenis kelaminya. ada istilah berjenis ini dan itu.

Yang menjadi persoalan saya adalah definisi dari Partai Islam dan Partai Nasionalis dan lain-lain.

Yang menjadi titik perhartian dan belum saya mengerti adalah istilah PARTAI ISLAM

Baik menurut informasi dan orang-orang media maupun dari anggota partai yang sering berseliweran di Televisi.

Partai Islam

Kalau yang di maksud adalah partai yang berazaskan Islam mungkin saya sedikit mengerti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun