Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berjaga dan Berdoa!

27 November 2021   09:57 Diperbarui: 27 November 2021   10:18 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan Sabtu 27  November 2021

Luk 21:34 "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. 35 Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. 36 Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."

Renungan

Seorang mantan murid berkirim surat. Cerita tempo doelo. Dulu setiap ketemu di kelas selalu ingat kakaknya. Ada kemiripan wajah kakaknya dengan wajah saya. Kakaknya begitu kecanduan narkotika. Terlambat dibelikan narkotika, tangannya akan disayat. Darah dihisapnya.  Darah  beraroma narkotia. Konon dapat "fly" meski sejenak.

Perkara kecanduan, bukan saja pada narkotika. Rokok, kopi, HP, merpati, sinetron televisi, sepak bola, syahwat, internet, dll dapat membuat kecanduan juga. Mereka yang kecanduan rokok misalnya, tidak lagi mampu berdiri sebagai perokok. Ia bukan lagi sebagai subyek, sebagai penentu dan penguasa. Ia tidak merokok, melainkan sudah dirokok oleh rokok. Yang seharusnya terjadi adalah perokok merokok rokok. Namun dengan kecanduan, si perokok dirokok oleh rokok. Ia dikuasai, diperbudak oleh rokok. Kualitas kemanusiaannya merosot.

Bacaan Injil hari ini masih menarasikan sikap semestinya terkait dekatnya Kerajaan Allah. "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat." Pesta pora, kepentingan-kepentingan duniawi dapat memabukkan manusia. Keadaan mabuk membahayakan kehidupan sendiri dan bersama. Seorang sopir mengendarai mobil dalam keadaan mabuk mengerikan. Diri sendiri dan liyan dapat jadi korban.

Manusia kecanduan, mabuk, tidak sadar diri, tak terkendali, ngawur, nekat, teriak-teriak tak karuan, tidak berdaulat, diperalat, diperbudak, adalah manusia yang berkualitas rendah. Seorang bapak yang "moncang-mancing", tidak kerja abai ekonomi keluarga. Pelajar yang "ngrokak-ngrokok" mbolosan, lebih banyak mangkal di terminal. Istri yang "slinthat-slinthut" gali lubang tutup lubang berhutang di bank "plecit". Para demonstran yang rusuh, ricuh brutal membabi buta mengejar dan menganiaya aparat keamanan, anarkis merusak fasilitias bersama. Para anggota parlemen yang usai makan bersama jadi diam bungkam bisanya paduan satu suara.  Para supporter sepak bola yang menuntun sepeda motor meraung-raung knalpotnya, memenuhi semua ruang jalan memacetkan lalu lintas. Satu ruangan tak ada komunikasi sibuk dengan HP sendiri-sendiri, hadir untuk liyan yang jauh, lupa yang di dekat, jadi idiot bersama. Mereka adalah para pemabuk dan pecandu. Lupa diri, ngawur, tak peduli liyan, diperbudak naluri-naluri rendah. Menjadi manusia "klelep", tenggelam. Gagal menjadi homo sapiens!

Untuk menjadi manusia selamat, manusia merdeka, manusia berkualitas full kemanusiaan, manusia benar, manusia yang berkenan kepada-Nya, Yesus mengajak  "Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia." Berjaga dan berdoa. Berjaga-jaga itu terkait dengan proses melek, weruh, wanuh, tepung, kenal, paham, sadar, relasi dengan yang kasat, terlihat oleh mata. Berdoa terkait dengan proses mendengar berelasi dengan hal batin rohani spiritual transendental. Berdoa mempersilakan Allah bicara, mendengarkan pembicaraan-Nya, mengabulkan kehendak--Nya dan  mengamini-Nya.  Berjaga dan berdoa,  simbolik relasi laras utuh penuh menyeluruh yang dekat dengan yang jauh, yang terlihat dengan yang tak terlihat.

Sudahkah diri ini dimampukan mengalami melihat dan mendengarkan Allah? Sudahkah menjadi manusia merdeka yang memerdekakan? Sungguhkah jadi homo sapiens? Sungguhkah diri ini berjaga dan berdoa?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun