Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mencari Kebenaran ataukah Pembenaran?

21 Oktober 2021   11:24 Diperbarui: 21 Oktober 2021   11:30 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan Kamis  21  Oktober 2021

Luk 12:49 "Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala! 50 Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung! 51 Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan. 52 Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga. 53 Mereka akan saling bertentangan, ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya."

Renungan

            Dalam jagat pewayangan, dalam wiracarita Mahabharata, Drona dikenal sebagai seorang brahmana, pakar ilmu keagamaan. Ia ahli seni perang, juga seorang guru di keraton Hastinapura. Drona mendampingi lima Pandawa dan seratus Korawa, para pangeran Dinasti Kuru. Ketika konflik antara Korawa dan Pandawa, tak dapat didamaikan, mereka memilih peperangan sebagai solusinya. Lapangan Kuruksheta dipilih sebagai medan perangnya. Dalam perang ini, Drona berpihak kepada Korawa yang telah memberinya nafkah dan tempat bernaung.

                Bacaan Injil hari ini menarasikan kedatangan Yesus yang membawa pemisahan. Berhadapan dengan  visi misi program Yesus orang tidak dapat bersikap netral. Berhadapan dengan kebaikan,kebenaran, keindahan dan kehidupan, orang mesti mengambil sikap. Pro atau kontra, menerima atau menolak. Kebaikan, kebenaran, keindahan dan kehidupan tidak dapat dikompromikan dengan kejahatan, kesesatan, kerusuhan dan kematian. Ibarat air dengan minyak, keduanya tidak dapat disatukan.

"Aku datang untuk melemparkan api ke bumi." Api kebaikan, kebenaran, keindahan dan kehidupan telah dinyalakan. Api itu akan menjalar, membakar, membasmi kejahatan, kesesatan, kerusuhan dan kematian.  Mereka yang menyukai kejahatan, kesesatan, kerusuhan dan kematian, bersikap antipati, menolak dan berusaha memadamkan pengaruhnya. Meski beresiko, warta sukacita kemenangan kebaikan, kebenaran, keindahan dan kehidupan atas kejahatan, kesesatan, kerusuhan dan kematian sudah ditawarkan. Aneka kesukaran, pengucilan, penderitaan, penangkapan, pemenjaraan, penganiayaan hingga pembunuhan sebagai dampak pilihan kebaikan, kebenaran, keindahan dan kehidupan akan dijumpai dan dialami.

Kristus bukanlah penyebab dari penganiayaan. Penganiayaan terjadi karena konflik kepentingan  para penganiaya. Penganiayaan ini sebagai api yang memurnikan motivasi yang dianiaya. Api itu telah membakar semangat  permusuhan orang-orang Yahudi yang tidak saleh terhadap Kristus dan para pengikut-Nya. Bagai Drona, mereka yang mengklaim ahli sorga malah menolak kebaikan, kebenaran, keindahan dan kehidupan. Mereka memihak Korawa dan memilih bernafas dalam lumpur  kejahatan, kesesatan, kerusuhan dan kematian

Terang memang tidak dapat bersatu dengan gelap. Terang mengusir dan mengalahkan kegelapan. Bagai lilin yang hancur, mencair dan meleleh karena sumbunya terbakar bernyala, demikianlah kehadiran Yesus. Yesus harus mengalami banyak penderitaan, harus melewati api yang  menyala. Peristiwa salib kematian di Golgota adalah resiko dari pilihan-Nya.

"Aku harus menerima baptisan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung!" Penderitaan-Nya bukan luapan air, melainkan sebuah baptisan, sebuah pengudusan. Penderitaan-Nya merupakan resiko, yang tidak dapat tidak, mesti ditanggung, dipeluk sebagai akibat pilihan-Nya. Seperti seorang ibu,  mengalami penderitaan saat hendak melahirkan, ia menyambut rasa sakitnya. Penderitaan itu mempercepat kelahiran anak, buah kasihnya. Dengan sukarela, sukacita penderitaan "melahirkan" dijalani-Nya. Melalui penderitaan itu akan lahirlah keturunan-Nya. Pada saat-Nya akan terjadi panen raya jiwa-jiwa yang diselamatkan dari timur dan barat, utara dan selatan.

Konsekuensi pilihan itu juga akan dijumpai dan dialami oleh siapapun yang memilih menyesuaikan hidup laras dengan visi misi dan program-Nya. Mereka mesti siap menerima resiko pilihan hidupnya.  "Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan." Warta sukacita,  menangnya kebaikan, kebenaran, keindahan dan kehidupan tidak akan otomatis diterima di mana-mana. Meski mengalami damai sejahtera, tidak ada jaminan  bahwa semua orang akan menerima injil keselamatan dengan ramah, memeluknya dengan mudah, para pengabarnya tak jumpai masalah.

"Karena mulai dari sekarang akan ada pertentangan antara lima orang di dalam satu rumah, tiga melawan dua dan dua melawan tiga" Rancangan Injil dan kuasanya yang benar memang untuk menyatukan anak-anak manusia dalam jalinan kasih yang kudus. Namun, tetap akan ada banyak orang yang menolak warta sukacita keselamatan. Mereka menentangnya, karena hidup aman, nyaman, mapan dalam  kejahatan, kesesatan, kerusuhan dan berbau kematian diusiknya. Bagai lebah diserang sarangnya, mereka  membela diri, berisik bising, beterbangan ngawur membabi buta menyerang ke segala arah,  siap dengan kekerasan, kekuatan fisik sengatnya. Ada harga yang harus dibayar oleh para pengikut-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun