Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kaderisasi, Kamu Harus Memberi Makan!

2 Agustus 2021   09:02 Diperbarui: 2 Agustus 2021   09:03 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan Senin 2 Agustus 2021

Mat 14:13 Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka. 14 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit 15 Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa." 16 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." 17 Jawab mereka: "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan." 18 Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku." 19 Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak. 20 Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh. 21 Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.

Renungan

Selama 10 hari dua warga umat Lingkungan meninggal dunia karena Covid-19. Doa arwah diadakan selama tujuh hari, lewat zoom. Dibuatlah jadwal siapa saja yang ditunjuk memandu doa arwah tersebut. Di antara pemandu doa yang ditunjuk, ada empat bapak muda, dua diantaranya belum pernah melakukannya. Mereka berdua menyatakan kesanggupannya. Pandemi Covid-19 memunculkan tenaga-tenaga baru dan muda yang bersedia memandu pelayanan doa arwah. Pandemi jadi sarana dan kesempatan kaderisasi.

Perikope injil hari ini menarasikan penggandaan lima roti dan dua ikan. Situasi krisis orang banyak yang mengikuti-Nya  saat sudah tiba waktunya untuk makan, dijadikan sarana dan kesempatan mengkader murid-murid-Nya."Kamu harus memberi mereka makan!", kata-Nya.

 Yohanes Pembabtis sudah dipenggal Herodes karena keberanian menegur Herodes yang berselingkuh dengan Herodias, istri saudaranya. Tindak kenabian Yohanes menghantarnya pada kematian. Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ. Bayang-bayang kematian sebagai resiko pilihan sikap, kata dan tindakan Yesus datang membayang. Yesus hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi.  Resiko yang hanya mampu ditanggung manakala relasi intim dengan Allah senantiasa  terjadi. Ketika orang banyak mendengarnya mereka mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka. Jalan pintas, main terabas, kreativitas, spontanitas mereka lakukan untuk dapat menjumpai-Nya. Yesus kalah cepat tiba di darat. Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya. Bagai ibu yang pernah mengandung janin yang lemah, maka tergeraklah Rahim hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka. Ia menyembuhkan mereka yang sakit .

Menjelang malam, saat sudah tiba saatnya makan, murid-murid-Nya datang mengingatkan-Nya, "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa." Balik Yesus menyuruh murid-Nya: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." Dalam situasi krisis, orang dapat cuci tangan. Yesus menghendaki mereka cuci kaki, melayani, menjadi pelaku penyelamatan. Kader adalah orang yang melihat keadaan gawat darurat, terlibat berbuat sebagai penyelamat.Yesus mengkader para murid-Nya.

Tentu Yesus tidak mau mempermalukan para murid di depan orang banyak. Maksud hati biar Yesus saja pelaku-Nya, mereka jadi penggembira. Bagaimana mereka harus memberi  makan? "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan." Bekal makanan yang cukup dimakan untuk dua orang saja. Lalu jawab-Nya: "Bawalah ke mari kepada-Ku." Bagai gembala membawa domba-domba yang kelaparan ke padang rumput hijau, Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di rumput. Yesus mengambil lima roti dan dua ikan itu, menengadah ke langit, mengucap berkat, memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya. Murid-murid-Nya kini berperan sebagai pemberi, membagi-bagikan roti yang telah menjadi roti-Nya kepada orang banyak. Yesus Sang Pemberi memproses murid-murid-Nya berperan juga sebagai sang pemberi. Yesus lakukan kaderisasi.

Mereka semuanya makan sampai kenyang. Mereka mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh. Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak. Yang dikumpulkan bukan remah-remah, melainkan potongan-potongan roti. Ketika murid berperan sebagai pemberi, jadi barokah buah melimpah dipanennya, karya Allah dihadirkan. Bersama Yesus, para murid tidak dijatuhkan nama baiknya di depan khalayak orang banyak. Kisah penggandaan roti, adalah kisah kaderisasi kasih. kisah history yang berubah menjadi kisah His Story! Dua bapak muda yang baru pertama kali mau terlibat memandu doa arwah sekaligus memberikan renungannya, menjadi history sekaligus His Story.

Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini? Bagaimana kehidupan diri? Sudahkah  terlibat  sebagai penyelamat ketika banyak orang muda kelaparan dan kehausan kehidupan spiritual? Terbersitkah di benak, jika kita tidak beri makan pada mereka, si pengedar narkoba dkk yang akan memberinya makan? Kapan dan tunggu apa untuk terlibat sebagai kader-kader penyelamat banyak orang  yang lapar dan haus akan kebenaran?

Yang menyelamatkan, hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang esa, kuasa dan kasih-Nya tanpa batas. Hidup penuh syukur,  sukacita,  semangat,  jadi berkat, pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit.  Ini  misteri. Kaderisasi sejati

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun