Bacaan Jumat 23 Juli 2021
Mat 13:18 Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. 19 Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. 20 Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. 21 Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. 22 Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. 23 Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."
Renungan
Waktu kuliah di Madiun, teman seangkatan berjumlah dua puluh orang pada awal mulanya. Pada akhirnya tiga tahun kemudian yang diwisuda hanya delapan orang. Mereka yang belajar di seminari menengah, setingkat SMA/SMK untuk menjadi pastor, bisa jadi teman seangkatan semula seratus orang. Namun yang berhasil ditahbiskan sebagai imam, mungkin kurang dari sepuluhan. Lewat semacam seleksi alam, hanya yang berkualitaslah akhirnya bertahan lebih lama.
Pada awal perumpamaan tentang penabur dinarasikan datangnya orang banyak berbondong-bondong mengerumuni Yesus, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. Rupanya mereka yang  datang mengikuti Yesus begitu mijikuhibiniu, macam-macam jenis relasinya. Pastilah ada yang "grubyak-grubyuk", ikut arus, ikut-ikutan sekedar ingin tahu dan melihat.  Relasinya dangkal, begitu cair berubah-ubah datang pergi begitu saja sebagai orang banyak, massa yang kerap datang mengerumuni-Nya. Ada kelompok simpatisan, pengagum yang relasi dengan-Nya beda dengan orang banyak. Ada kelompok murid-murid, yang lebih dekat lagi relasinya.  Dan ada kelompok dua belas rasul, yang relasi dengan-Nya pastilah dituntut melebihi lainnya. Untuk sampai terpilih menjadi tim dua belas, tim inti-Nya tentulah juga melewati seleksi alam. Dan hanya yang berkualitaslah yang bertahan dan mendatangkan hasil seperti dikehendaki-Nya.
Sekalipun tinggal bersama Yesus, tetaplah tidak menjamin murid-murid-Nya memahami sabda-Nya. Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?" Aku berkata kepadamu: "Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya. Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu". Para murid tidak dengan sendirinya menangkap visi misi-Nya.
Sebagai tim ini, para murid mesti memahami secara benar kehendak-Nya. Maka secara khusus Yesus menjelaskan maksud perumpamaan penabur kepada para murid yang mempermasalhkannya..  Adalah tipe-tipe pendengar firman-Nya. Tipe benih yang ditaburkan di pinggir jalan ialah mereka mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, sehingga si jahat datang dan merampas yang ditaburkan dalam hatinya. Tipe benih yang ditaburkan di tanah berbatu ialah yang mendengar firman, segera menerimanya dengan gembira. Namun tidak berakar, bertahan sebentar saja. Saat mengalami penindasan atau penganiayaan karena firman, segera murtad. Tipe benih yang ditaburkan di tengah semak duri ialah yang mendengar firman, lalu kekuatiran dunia, tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Dan tipe  benih yang ditaburkan di tanah yang baik ialah yang mendengar firman itu, mengerti, dan  berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.
Pendengar Yesus yang tidak sungguh mengerti, segera menerima tanpa pertimbangan mendalam, tidak akan bertahan saat berhadapan dengan si jahat, penindasan, penganiayaan, kekuatiran dunia, dan tipu daya kekayaan.  Bukankah sering ada yang mengeluhkan ikut Yesus itu berat, banyak hambatan, rintangan, dijauhi, dikafir-kafirkan, bahkan dilenyapkan. Tidak tahan menghadapi semuanya lantas murtad, meninggalkan-Nya. Mereka ini bagai penderita  terkena covid 19, sudah sesak nafas malah menolak Sang Ventilator, Sang Oksigen, Sang Benih Kehidupan.  Akhirnya kebinasaanlah yang ditemui, dan firman-Nya mandul tak berbuah.
Sebaliknya hanya pendengar Yesus yang sungguh mengerti, berbuah limpah. Ikut Yesus, jadi kristiani, tidak lagi menggunakan paradigma dunia lamanya. Semangat balas dendam, nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, semangat dunia ditinggalkannya. Ia gunakan paradigma baru, benih baru, semangat Allah, berbelas kasih tanpa batas. Ia berada di dunia, tetapi tidak berasal dari dunia dan tidak dikuasai semangat dunia. Maka wajar dan normal jika mereka yang berparadigma dunia, dikuasai semangat balas dendam  akan membenci, menolak, menentang kehadiran dan pengaruhnya. Terang tidak pernah dapat bersatu dengan gelap. Hanya terang yang berhasil mengusir dan mengalahkan kegelapan. Mereka yang bersekutu dengan si jahat, akan menindas, menganiaya, menimbulkan ketakutan dan tipu daya, terror dan hoaks kepada mereka yang bersekutu dengan Sang Benih Terang. Bagi orang kristiani, tindakan sekutu-sekutu si jahat ini semakin memurnikan dan meneguhkan opsinya, bahwa ia berada di jalan kebenaran dan kehidupan-Nya. Dan hasilnya berbondong-bondong berlimpah ruah, orang datang kepada Yesus, mengikuti Sang Penabur. Wauw luar biasa.
Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini? Bagaimana kehidupan diri? Termasukkah sekutu si jahat, suka merampas, menganiaya dan menindas? Segera murtadkah saat menghadapi si jahat, yang merampas, menganiaya dan menindas? Maukah naik kelas, semakin berkualitas tinggi sebagai orang kristiani, saat berhadapan dengan si jahat, yang merampas, menganiaya dan menindas?
Yang berkualitas, hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang esa, kuasa dan kasih-Nya tanpa batas. Hidup penuh syukur,  sukacita,  semangat,  jadi berkat, pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit.  Ini  misteri. Naik kelas