Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Me-neraka-kan Diri Sendiri!

4 Maret 2021   11:19 Diperbarui: 4 Maret 2021   11:25 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan  Injil  hari ini, Kamis 4 Maret 2021 Orang kaya dan Lazarus yang  miskin (Lukas 16 :19 - 31)

Luk 16 :19 "Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan.  20 Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu,  21 dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. 22Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. 

23 Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. 24 Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. 25 Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. 26 Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang. 27 Kata orang itu: Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, 28 sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini. 29 Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. 30 Jawab orang itu: Tidak, bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat. 31 Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."

 Renungan

Seorang dosen mata kuliah Hukum bertanya : "Siapa namamu?" Mahasiswa itu menjawab, "Imran, pak." Tiba-tiba saja sang dosen mengusirnya.  Ia membela diri.  Tapi malah dibentaknya. Ia keluar, terdzalimi. Mahasiswa yang lain hanya diam. Sang dosen memulai kuliah dengan bertanya, "Untuk apa undang-undang dibuat?" Seorang mahasiswi menjawab,  "Untuk mewujudkan keadilan." Dosen itu  berkata, "Benar. Agar tercipta keadilan. Tapi pertanyaannya, apa gunanya keadilan?" Seorang mahasiswa menjawab,  "Agar hak semua orang terjaga dan tidak ada yang terdzalimi." Dosen bertanya, "Sekarang jawab dengan jujur dan tak perlu takut. Apakah saya telah berlaku dzalim pada teman kalian ketika saya mengusirnya dari kelas?" Mereka kompak menjawab, "Iya..!"  Dosen bertanya, "Lalu kenapa kalian diam saja dan tidak memberikan pembelaan? Apa guna undang-undang dan hukum kalau kita tidak memiliki keberanian untuk menerapkannya?  Ketika kalian diam saja disaat seseorang didzalimi, dan kalian tidak berusaha membela yang benar maka kalian kehilangan kemanusiaan kalian!" Sang dosen memanggil mahasiswa yang diusirnya lalu minta maaf.  "Ini saja pelajaran untuk hari ini. Kalian mesti berusaha mengamalkannya. Berapa banyak orang yg diam melihat kedzaliman, ketidak adilan bahkan berkawan akrab dengan pelaku kedzaliman karena ingin mendapatkan kenyamanan.

Pertanyaan yang mirip pertanyaan sang dosen itu dapat diajukan usai membaca Injil Lukas di atas. Kenapa orang  kaya itu diam saja dan tidak memberi makan Lazarus? Karena ia punya mata, tak  melihat hadirnya Lazarus. Seorang pengemis, badan penuh borok berbaring di dekat pintu rumahnya, ingin menghilangkan rasa lapar dengan apa yang jatuh dari meja makannya. Bahkan ia kalah dengan anjing-anjingnya yang datang dan menjilat boroknya. Si kaya ini gagal  jadi berkat, tak punya hati,  tak peduli, tidak solider dengan Lazarus yang hina papa. Pilihan sikap tindakan jahatnya terhadap Lazarus   menentukan nasibnya dalam keabadian. Lazarus si miskin itu mati tanpa melalui dikubur dibawa malaikat ke pangkuan Abraham. Aneh, ketika si kaya  mati, dikubur, menderita sengsara di alam maut, memandang ke atas dan justru dari jauh dilihatnya Abraham dan Lazarus duduk di pangkuannya. Keterpisahan dengan Bapa Abraham, dirasakan sebagai kerinduan akan hadirnya orang yang tergerak hati beraksi mencelupkan ujung jari ke dalam air untuk menyejukkan lidahnya. Keadaan terpisah dari Bapa Abraham, sejatinya terpisah dari Allah, dirasakan sebagai berada dalam nyala api, sangat kesakitan. Keterpisahan dari Allah inilah sejatinya neraka. Si kaya sekalipun mampu membantu, Lazrus, namun memilih menutup diri, membutakan hati, tak punya nurani, tak mampu bersimpati apalagi empati kepada Lazarus Dengan sikap dan tindakannya dia menciptakan hukuman bagi dirinya. Si kaya menciptakan neraka bagi diri sendiri. Ia  me-neraka-kan diri! Buka Tuhan  memasukkan atau menghukum si kaya ke neraka. Tuhan tidak menciptakan neraka!  Tetapi si kayalah yang memasukkan diri ke dalam neraka pilihannya. Hanya  yang mau ke neraka, masuk neraka

Adakah Lazarus-Lazarus masa kini  di sini? Siapakah Lazarus yang berbaring di dekat pintu rumah, sekolah, kantor, toko, dll? Apakah mau memilih bersikap dan bertindak seperti si kaya saat berhadapan dengan Lazarus? Maukah memperingatkan saudara-saudari lain yang berperilaku seperti si kaya, agar jangan me-neraka-kan diri? Kecewakah jika tidak ditanya apa agama, siapa nabi, apa kitab suci, siapa Tuhan dan bagaimana bunyi kalimat syahadatnya saat pengadilan akhirat? Bagaimana jika justru ditanya apa yang kau buat  "ketika AKU lapar ... haus ... asing ... telanjang ... sakit ... dalam penjara?"  Punya hati, sepenuh hati peduli, jeli temui Lazarus di kanan kiri,  murah hati berbagi, menjadikan hidup penuh syukur  sukacita  semangat, jadi berkat,  Ini sebuah misteri pengalaman surgawi. Bukan me-neraka-kan diri!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun