Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemimpin Agama, Gajah Diblangkoni!

2 Maret 2021   12:07 Diperbarui: 2 Maret 2021   12:16 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan Injil hari ini, Selasa 2 Maret 2021 (Mat 23:1-12)

Mateus 23 :1 Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: 2 "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. 3 Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. 4 Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. 

5 Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; 6 mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; 7 mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. 8 Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. 

9 Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. 10 Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. 11 Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. 12 Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

Renungan

Kata "guru" bermakna "digugu" (diikuti) dan "ditiru" (diteladani). Apalagi guru (baca : pemimpin) agama. Para pemimpin (baca :guru) agama, semestinya harus lebih dapat digugu dan ditiru. Namun pada kenyataannya, selalu begitukah para pemimpin agama? Potret kecil ini, seorang pemimpin agama yang mempromosikan karyanya terkait krisis keluarga (dengan 25 sebab perusak keluarga), ternyata menceriakan istrinya. Rumah tangganya sendiri ambyar. Ironis dan tragis.

Potret sekilas peristiwa itu dapat dijadikan pijakan untuk merefleksikan bacaan Injil hari ini. Yesus menggembleng orang banyak dan murid-muridNya bagaimana bersikap terhadap kehadiran ahli-ahli Taurat dan orang Farisi Mereka para rabi. guru dan pemimpin agama yahudi, punya kedudukan, menduduki kursi Musa. 

Yesus membuka tabir kehidupan mereka sebagai pemimpin agama. Kepada orang banyak dan murid-Nya, Yesus tegaskan:"Turuti dan lakukan yang diajarkan, jangan turuti perbuatannya. Karena mereka mengajarkan tetapi tidak melakukan; mengikat beban berat, meletakkannya di atas bahu orang, tetapi sendiri tidak mau menyentuhnya; semua yang dilakukan hanya supaya dilihat orang; memakai pakaian gamis, jubah panjang, "tasbih" selalu dipegang; suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi". 

Pada zamannya para pemimpin agama yahudi banyak yang bersembunyi dibalik jubahnya, menggunakan agama sebagai alat kepentingan diri dan menjadi batu sandungan bagi orang banyak. Mereka bak gajah diblangkoni (blangkon,sejenis tutup kepala saat kenakan busana tradisonal Jawa). Pemimpin agama pintar khotbah, banyak omong, tapi tidak mau melakoni. Pemimpin NATO, no action talk only!

Bagaimana jika Yesus, hari ini dan di sini, hadir di depan publik, melakukan hal yang sama? Bagaimana jika Yesus tayang langsung di Youtube dan semua TV lokal nasional, negeri swasta, mengatakan hal yang sama kepada para pemimpin agama di Indoneisa? Apa yang terjadi? Pastilah banyak pemimpin agama yang sewot, kebakaran jenggot. 

Dan yakinlah pemimpin agama yang paling tidak benar hidupnya, yang paling terganggu kepentingannya, dialah orang pertama yang berteriak paling lantang :".Salibkan Dia!" Dulu juga begitu. Ahli-ahli Taurat dan orang Farisi mendengar pernyataan-Nya, kemudian menghasut orang banyak, merekayasa peristiwa, memberi kesaksian palsu, menebar dan menabur berita hoaks, membawa ke mahkamah agama dan puncaknya penyaliban Yesus. 

Pembunuhan legal formal, penuh intrik, kelicikan, kebencian dan kebusukan. Pemimpin agama, gajah diblangkoni! Banyak omong kosong, nyinyir, umpatan dan fitnah keji.

Beda dengan Yesus. Dia pemimpin sejati. Pemimpin sejati punya visi, menunjukkan jalan mencapai visi dan sendiri berada di jalan yang ditunjukkan. Yesus punya visi, kedatangan Kerajaan Allah. 

Kerajaan Allah tidaklain iklim, keadaan, peristiwa full cinta kasih. Cintai Allah, cintai sesama seperti cintai diri sendiri, dan cintai alam ciptaan-Nya. 

Yesus juga tunjukkan jalan untuk mewujudkan visi-Nya. Jalan utama dan pertama adalah cintailah Allah dengan segenap hati, jiwa' akal budi dan kekuiatanmu. Jalan kedua, sama dengan yang pertama, cintailah sesamamu seperti mencintai dirimu sendiri. Selanjutnya sebagai pemimpin sejati, Yesus menjalani jalan yang ditunjukkan. 

Seluruh kehidupan Yesus menjadi bukti laku-Nya di jalan kasih.. Sepanjang hayat, Yesus konsisten dan konsekuen dengan jalan kasih-Nya. Sampai detik terakhir, di tiang salib, saat dihujat para pemimpin agama, dengan penuh kasih Yesus berdoa buat mereka :"Ya, Bapa ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka buat"(Luk23:34) Yesus ulurkan persaudaraan. Yesus konsisten dan konsekuen dengan ajakan-Nya :" Janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara!"

Maukah pemimpin agama naik kelas menjadi pemimpin sejati? Untuk menjadi pemimpin sejati, bacaan pertama hari ini juga dapat dijadikan rambu-rambu mencapainya. 

"Dengarlah firman TUHAN, hai pemimpin-pemimpin ... Perhatikanlah pengajaran Allah kita... Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda! ...Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu. Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang." (Yes 1:10. 16 -- 20)

Cepat tersingung, sakit hati dan marahkah ketika ada yang bilang pemimpin agama gajah diblangkoni? Masih layakkah disebut pemimpin agama? 

Sudah sejatikah kepemimpinannya? Manakah yang lebih banyak diperankan sebagai inspirator kasih ilahi ataukah provokator kebencian setani? Sebagai pemimpin agama, sejujurnya lebih mendatangkan berkah atau musibah bagi banyak orang? Lebih melayani atau memanipulasi? Lebih menjadi batu titian atau batu sandungan? 

Sudahkah seluruh kehidupan pemimpin agama menjadi khotbah? Sudahkah pemimpin agama lebih banyak memberi kesempatan jemaah mendengarkan sabda Allah dari pada mendengarkan omongan dirinya?.. Kehadiran pemimpin sejati, membuahkan hidup yang penuh syukur sukacita semangat jadi berkat, Damai di bumi seperti di dalam sorga. Ini sebuah misteri dan penyelenggaraan ilahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun