Mohon tunggu...
Bayu Fitri
Bayu Fitri Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang pengamat hiruk pikuk media sosial dalam hal gaya hidup, finance, traveling, kuliner dan fashion. Tulisan saya bisa dibaca di blog https://bayufitri.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Aku, Minyak Angin dan Token Listrik

20 Oktober 2020   12:11 Diperbarui: 20 Oktober 2020   15:21 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penerangan sumber pribadi

Hari ini aku terbangun dari tidur setelah semalaman hujan mengguyur kotaku. Aku masih berpikir keras mengenai cerita apa lagi , yang aku tulis untuk 30 Hari Menulis Cerita. Sementara dari dapur aku mendengar suara denting wajan bercampur bau nasi goreng yang sedang di goreng ibu. Setengah mengantuk aku mengambil handuk menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Hari ini adalah akhir pekan dimana seharusnya aku bisa bersantai di rumah seharian sambil rebahan. Namun apa daya tugas pekerjaan sebagai penjaga keamanan pabrik tempatku bekerja menunggu untuk berganti shif dengan teman seprofesi. 

Setelah berpakaian, aku pergi ke meja makan hanya sempat menyuap dua sendok nasi goreng buatan ibu. Sementara itu kulihat sekilas pandangan mata, ibu sedang asyik mencampur ikan cue ke nasi sisa kemarin untuk memberi makan kucingku. Kemudian aku bergegas naik KRL. Setelah sebelumnya  pamit dan salim dengan ibu. Untung saja jarak rumah dan stasiun hanya sepelemparan batu. 

Kehebohan pagi ini terjadi di gerbong KRL tempatku berada. Ada seorang penumpang perempuan muda pingsan dari tempatnya berdiri. Petugas keamanan KRL sigap menolong penumpang perempuan itu dengan mendudukkan tubuhnya di kursi penumpang. Seorang penumpang perempuan sibuk mengoleskan minyak angin ke tengkuk dan pergelangan tangan perempuan yang pingsan tersebut. Aku yang anti dengan bau minyak angin mencoba berdiri menjauh dari tempat itu. 

Entah kenapa dari kecil aku tidak terbiasa dan tidak suka dengan bau minyak angin. Mencium baunya saja sudah membuat perutku mual dan keringat dingin mengucur deras. Shittt... pagi yang menyebalkan. Kondisi KRL yang penuh penumpang dan  bercampur bau minyak angin yang menguar membuat diriku sempoyongan. Ahh jangan sampai aku pingsan. Nanti yang ada, aku bisa mati lemas karena pasti akan dioleskan minyak angin yang tidak kusukai aromanya seperti perempuan penumpang yang pingsan itu. 

Shitt...masih 3 stasiun lagi sebelum sampai ketujuan. Akhirnya aku sampai di stasiun tujuan. Hurayy...ku ambil nafas dalam - dalam dan berjalan menuju tempat kerjaku. Setelah 8 jam bertugas di pos pengawas keamanan kini aku bersiap untuk pulang ke rumah bergantian shif dengan teman seprofesi yang masuk malam hari. 

Ting...sebuah pesan masuk ke gawaiku. Ternyata pesan dari ibu. 

Kata ibu, "nak ibu malam ini menginap di tempat kakakmu jadi tidak pulang ke rumah. Oya ibu sudah memasak nasi hanya saja belum sempat masak lauk untukmu. Jadi beli lauk matang saja ya. Hati- hati di jalan."

Ahh ... malas rasanya aku membeli lauk matang di warteg depan rumah yang selalu ramai itu. Jadi aku putuskan saja mampir ke minimarket dan membeli dua bungkus indomie kesukaanku. 

Sambil berjalan menuju rumah aku masih berpikir keras mengenai cerita apa yang akan kutulis memenuhi tantangan 30 Hari Menulis Cerita. Setelah masuk ke dalam rumah dan membersihkan diri aku mulai masak indomie. Setelah indomie matang kutuangkan dalam piring. Kubuka magic com dan kuambil dua centong nasi.  Aku  mengaduk nasi dalam piring yang dipenuhi indomie. 

Ketika aku sedang makan indomie pandanganku melihat pemandangan kalender nun jauh disana, Menara Eiffel berdiri tegak dengan padang rumput hijaunya nan asri. Ahaa...aku ada ide.. aku cerita saja tentang impianku traveling mengunjungi menara Eiffel. Segera aku buka laptop dan mencolokkan charger ke stop kontak. Maklum laptop tua jadi untuk menghidupkannya harus selalu menggunakan cahrger yang tersambung ke stop kontak. Tutt..tuttt...tuttt shit...aku baru menyadari menyadari bahwa token listrik sudah habis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun