Penutupan Tempat pembuangan sampah pada beberapa titik dikota Mataram membuat tumpukan sampah menggunung bahkan tak sedikit warga Mataram yang membuang sampah sembarangan di sungai dan pinggir jalan. Bank sampah di kota Matarampun mati suri dan tak terlihat produktif mampu mengatasi sampah. Hanya  program pengadaan roda 3 yang terlihat berjalan, mengangkut sampah dari rumah-rumah warga.Â
Dari kompleksitas masalah sampah ini, akhirnya beberapa konsep muncul dari pentolan pemuda pondok perasi Ampenan dan monjok barat untuk mengolah sampah yang bisa dijadikan rupiah. Akhirnya pilihannya adalah plastik sebab sudah ada mitra usaha yang siap menampung sampah palstik dalam jumlah sedikit maupun besar. Jika plastik mampu menghasilkan uang untuk sekedar merokok bahkan mampu menjawab kebutuhan hidup sehari-hari maka bisa dipastikan masyarakat akan konsisten menjalankan program pengolahan sampah.Â
Plastik dihargai 1500-2500 perkilonya bahkan bisa dijemput langsung kerumah rumah menggunakan motor roda 3 diseputaran Mataram.Â
Program ini memang masih terkesan kecil, tetapi hal besar biasanya berawal dari sesuatu yang kecil. Konsep lainpun mulai disiapkan selain mengambil sampah palstik seperti mencacah hasil plastik. Mesin cacahan plastik allhamdulilah sudah dialokasikan oleh kelurahan monjok barat beserta mesin pembersihnya dengan harapan bisa meningkatkan nilai jual sampah plastik. Program ini berjalan saja dulu, nanti sembari berjalan kita akan terus mengevaluasi manajemen, tehnis serta pemasarannya sehingga mampu benar-benar profesional dalam mengelola sampah plastik.
Untuk sampah organik, uji coba seperti pengolahan manggot, dan pembuatan komposter terus diupayakan bersama rekan rekan yang lain. Yang pastinya memilah sampah dari masing-masing rumah menjadi target dan mimpi setiap pecinta lingkungan yang ada. Namun ketika sampah mampu diubah menjadi rupiah tentunya akan membuat persentase kekonsistenan masyarakat meningkat baik dalam hal pemilahan maupun pengolahan.
Salam lestari dari pemuda mataram