Mohon tunggu...
Bayu Arif Ramadhan
Bayu Arif Ramadhan Mohon Tunggu... Freelancer - 22 thn, Mahasiswa Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menulis sebagai hobi dan pengisi luang waktu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

#Sebuah Refleksi Sederhana: Generasi Kini Indonesia yang Menganak tirikan Sejarah

24 Agustus 2016   21:19 Diperbarui: 24 Agustus 2016   23:13 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

JAS MERAH !,  Jangan sekali-kali melupakan sejarah ",  suatu jargon yang amatlah populer dari seorang proklamator bangsa ini. Proklamator Bangsa Indonesia yang sekaligus adalah salah satu Bapak Bangsa, seorang berjuluk "Putra Sang Fajar" yang termahsyur itu. Seorang Ir. Soekarno.  Jargon ini adalah salah satu dari beberapa jargon yang pernah diuraikan Ir. Soekarno dalam tiap pidatonya yang akan selalu dikenang, pidato-pidato yang senantiasa akan membakar semangat dan emosi rakyat Indonesia di masa tersebut yang konon senantiasa menyesaki tempat dimanapun pidato beliau dikumandangkan. 

        Soekarno yang dikenal sebagai salah seorang orator terbaik Indonesia pada masanya, lewat jargonnya yang terurai lewat tulisan saja masih bisa terasa bagaimana bara semangat pidato beliau mengalir daripadanya. Sampai di masa kini ketika beliau sudahlah tiada. Namun, apakah slogan JAS MERAH yang senantiasa bergaung sampai sekarang di tiap surat kabar, pamflet, buku, bahkan berbagai kalangan dari anak muda sampai usia lansia, hingga sampai bergaung di banyak acara-acara aksi mahasiswa masih relevan dengan generasi masa kini Indonesia ? Anjuran sakral Soekarno untuk tidak melupakan sejarah sedikitpun ini bagaimana kabarnya ?

350 tahun lamanya Indonesia hidup dalam cengkeraman kuat  imperialisme Negeri Ratu Beatrix, Negeri Para Seniman Pengairan, atau lebih populernya Negeri Kincir Angin alias Belanda. Bukan hanya penjajahan secara pengerukan paksa sumber daya alam, melainkan sampai pula pada supresi-supresi budaya lokal yang merupakan simbol perlawanan terhadap penjajahan dan internalisasi pengaruh paksa budaya Belanda terutama budaya baru Barat. 

            Bahkan, begitu mudah masuknya Belanda ke segala lini kehidupan masyarakat Indonesia di masa tersebut, terutama setelah hampir semua daerah Nusantara ditaklukkan pada awal abad ke-20. Sehingga zaman kelam tersebut dinamakan pula zaman Imperialisme Belanda, bukan hanya kolonialisme. Penjajahan Belanda sempat beralih tangan ke tangan Angkatan Perang Jepang yang ambisius pada awal Perang Dunia II, lima tahun penuh kesengsaraan dan berdarah yang lazim disebut Masa Pendudukan Jepang, menjadikan Indonesia sebagai suporter langsung bahan baku Angkatan Perang Jepang melawan Sekutu dalam Perang Dunia. 

  Usai kalahnya Jepang, memberi tonggak besar pada berdirinya bangsa ini yaitu momentum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia oleh Soekarno-Hatta. Meski berusaha diterkam kembali oleh agresi Belanda edisi pertama dan kedua, maupun konferensi-konferensi negara boneka yang menyudutkan, Indonesia akhirnya berhasil lepas dari cengkeraman aksi polisionil maupun politis nan licik Belanda, berupa pengakuan via Perjanjian KMB Den Haag pada 1949, hingga Irian Barat berhasil pula direbut pada 1963 secara heroik lewat Operasi Trikora. 

Seluruh wilayah Indonesia akhirnya berdiri secara utuh dibawah naungan Ibu Pertiwi, menyisakan Timor-Timur yang masih diliputi konfrontasi. Hingga Indonesia yang pada masa itu tersebut sudah masuk Masa Orde Lama mengalami peristiwa chaos yang mengubah keseluruhan wajah politik-sosial  Indonesia sampai saat ini, dan tak terlupakan memakan banyak jumlah korban yaitu GS30/PKI. 

       Berlanjut ke Masa Orde Baru dibawah Rezim Soeharto setelah Soekarno secara politis dilengserkan golongan tertentu di masa tersebut, hingga rezim 32 tahun tersebut berakhir di tangan ribuan mahasiswa yang menduduki gedung MPR setelah melewati momen memilukan bagi rakyat dan mahasiswa sendiri via Tragedi 1998 maupun Trisakti, mereka yang menginginkan adanya reformasi. Dan Indonesia menjalani era reformasi sampai saat ini dengan pergantian jumlah presiden yang sudah memasuki presiden ke-5 di era reformasi. Suatu sejarah berdirinya bangsa yang sangat panjang, berliku, dan penuh pengorbanan. Namun, secara perlahan coba tanyakanlah pada beberapa anak dari generasi saat ini, apakah mereka sudah benar-benar tahu, bahkan sejarah bangsa sendiri ?

Pelajaran sejarah, harus diakui menjadi salah satu subjek yang kurang diminati oleh generasi terkini bangsa Indonesia. Barangkali ada semacam anekdot bahwa belajar sejarah itu menggambarkan orang yang senantiasa melihat ke belakang, tidak visioner, susah move on, sudah tua, tidak kekinian, dan sebagainya. Secara stigma pada masyarakat, pelajaran sejarah juga tidak dianggap penting dan jauh di bawah pelajaran macam sains dan eksak juga bahasa. 

       Secara ditinjau lewat stigma ada benarnya pada pendidikan sekarang, namun pada implikasinya tidak suka sejarah juga tidak melulu baik meski implikasinya adalah lebih ke penanaman nasionalisme bangsa pada diri maupun pada penguatan karakter dan identitas personil sebagai bangsa Indonesia. Ingat, tanpa disadari sebenarnya sejarah sedikit demi sedikit mendorong kita pada hal tersebut. 

Masih terekam jelas dalam ingatan saya ketika seorang artis dangdut diangkat menjadi duta, bukan sembarang duta melainkan duta Pancasila, dasar ideologi bangsa Indonesia dan dasar berdirinya negara. Pengangkatan beliau sebagai duta bahkan seusai beliau kedapatan melakukan sesuatu yang dianggap sebagai penghinaan terhadap Pancasila. 

        Agak konyol memang, tapi itulah yang terjadi dan pada akhirnya beliau benar-benar menjadi duta Pancasila, bukan bercanda. Beberapa saat sebelum atau sesudahnya juga kedapatan s gerombolan anak yang secara bangga duduk dengan posisi tidak sopan di atas Monumen Pahlawan Revolusi sambil membawa rokok dan berselfie-ria. Apakah gerangan yang terjadi? Sederhana jawabannya, menunjukkan bahwa mereka tidak "mengetahui" dengan baik sejarah bangsa Indonesia dan ini bukan sekedar tuduhan buta dan tak berdasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun