Mohon tunggu...
basuki rahardjo
basuki rahardjo Mohon Tunggu... Dosen

Menulis, tekun, menjalankan syari'at agama secara kaffah, menambah pergaulan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Seputar G30S PKI (2)

26 September 2025   12:44 Diperbarui: 26 September 2025   12:44 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

       Setelah selesai Sholat, para senior kami: Sukasno. Kahono, Surono, Samino, Sutrimo, dan Jirawi saat itu membicarakan terjadinya kudeta, ada Dewan Jenderal, dan Dewan Revolusi yang saat itu saya belum mudeng babar blas. Katanya ada penculikan para jenderal di Jakarta, dan akan ada penculikan tokoh-tokoh Islam, termasuk di sekitar kampung saya. Oleh karena disepakati ronda malam oleh para senior setiap malam hari.

       Ayah  saat itu kabarnya menjadi target yang akan diculik oleh PKI. Ayah  bekerja di Yogyakarta masuk siang, dan biasanya baru sampai di rumah di sekitar pukul 20.00. Tentu saja kami sekeluarga mengkhawatirkan keselamatan ayahku. Sukasno salah seorang senior meminta ayahku tidak masuk  kantor dulu. Akan tetapi ayahku orang yang berdisiplin tinggi menolaknya, biar Allah sendiri yang melindunginya, katanya.

       Ayah setiap hari tetap masuk kantor, dan pulangnya ditunggu para senior untuk mendengarkan ceritanya di perjalanan. Hari kesekian setelah kudeta, jalan Yogyakarta -Solo pohon-pohon di pinggir jalan ditebangi, dan kayu tebangan diarahkan jatuhnya melintang di jalan, sehingga  memang disengaja merintangi jalan. Paling parah penebangan pohon, terjadi di antara Gondangwinangun sampai Prambanan, hal itu kata senior masuk akal, karena banyak tokoh PKI di sekitarnya.

       Hari ke sekian, kami yang Sholat  dan Pengajian mendengar sayup-sayup tapi jelas berkali-kali rentetan tembakan. Para senior baru mengetahui tembakan tersebut dari Sungai Pandan Simping, yang jauhnya kurang lebih 4 kilomèter dari kampungku. Ayahku yang setiap hari pulang pergi melewati Sungai Pandan Simping, katanya melihat samar-penembakan yang dilakukan tentara kepada para anggota PKI yang berhasil di tangkap. Oleh karena, jika setiap malam mendengar rentetan tembakan kami tidak kaget lagi. 

       Ayah setiap hari berkantor, walaupun keadaan saat itu sangat genting. Sehabis pulang, terus mandi, makan malam dan Sholat Isa. Kemudian ikut ronda malam, membawa pedang peninggalan mBah Kakung saya Mangoendimedjo, seorang Ziender di jaman penjajahan Belanda. Ayah merahasiakan tempat mangkal ronda. Katanya, di tempat mangkal ronda, yang dibagi beberapa tempat, kebanyakan bersama-sama para senior kampung, pulangnya menjelang Subuh.

       Adapun sebagai pengurang kekhawatiran, para Jama'ah Sholat Isa, setiap malam ada relawan dadakan yang membuat dan membagi nasi bungkus oseng-oseng tempe, ikan asin, bihun goreng, atau sambel teri. Setelahnya ada yang naik pohon kedondong di samping Langgar yang saat itu banyak berbuah. Caranya dengan menggoncang keras-keras dahannya., sehingga buahnya berjatuhan. Para Jama'ah mengambil dengan berebut, dan bersukaria ala kampung kecil kami.

Sukoharjo

Jum'at, 26 September 2025. 12.44.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun